‘Zina atau Nikah Anak’, Pilihannya Itu Aja?

Oleh: Karina RSF

 

Linimasa pemberitaan tanah air, akhir-akhir ini kebanyakan dihiasi oleh potret bobroknya karakter umat manusia. Bagaimana tidak, hampir di setiap sudut kota ada saja pencurian, pelecehan seksual, pembunuhan, hingga pernikahan anak yang justru dilakukan dengan dalih menutupi kebutuhan ekonomi lah, balas dendam lah sampai-sampai hanya memenuhi keinginan semata. Dasar manusia.

Ngomong-ngomong soal pernikahan anak, kenapa dinamakan pernikahan anak? Nah, biasanya ini dikaitkan dengan aturan batas usia minimal menikah dari negara. Awalnya, usia minimal Perempuan 16 Tahun dan Laki-laki 19 Tahun (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974). Tapi, akhirnya UU itu direvisi, dan akhirnya hari ini aturannya bahwa dua sejoli itu sama-sama berusia 19 tahun. Tapi kok kayak tetep masih kemudaan banget ya…kalo kata saya.

Miris banget kalau lihat para krucil rambut pirang yang suka kebut-kebutan di jalan naik motor dempet tiga, justru harus jadi istri dan ibu sekaligus di masa mudanya. Yang disayangkan lagi, mereka dipaksa masuk dalam lingkar rumah tangga yang tentunya belum “mapan”. Mapan secara emosional, finansial, mungkin juga spiritual. Biasanya dari sinilah KDRT gampang banget terjadi.

Nikah Anak : Perempuannya siap?

Di banyak acara hajatan, nikah itu ya antara laki-laki dan perempuan. Tapi, lebih dari itu apakah pertanyaan kesiapan juga ditanyakan ke perempuan juga laki-laki? Kesiapan resiko dari berhubungan seksual setelah nikah, kesiapan gonjang-ganjing karena cicilan rumah, sampe bayar listrik. Bukan cuma kesiapan “pacaran setelah menikah” a la selebgram hijrah loh, ya. Kalau itu sih semua juga siap (pake) banget.

Fokus ke kesiapan berhubungan seksual. Jangan anggap ini selalu tabu untuk para kaum muda, apalagi yang mau nikah.

Gini, udah jadi pengetahuan mainstream, kalau melahirkan itu sakit. Bahkan ibu saya pernah bilang, “Seperti putus semua urat di tubuh”. Ya bisa dibayangkan gimana sakitnya mengeluarkan tubuh bayi kisaran 1-3 kg dari lubang vagina yang walaupun elastis tapi juga tetep punya batas maksimal keelastisannya.

Ibu melahirkan dalam usia dewasa aja masih bilang kalau melahirkan apalagi proses dari mulai berhubungan seksual, 9 bulan masa mengandung hingga melahirkan itu berat dan pasti ada fase ngilu yang dialamin, apalagi yang ngerasain semua itu anak usia 16 tahun atau bahkan lebih belia dari itu.

Sempat saya berbincang dengan teman sejawat laki-laki tentang “fenomena ‘pacaran’ anak muda” sekitar 3 tahun lalu, ketika masih duduk di kelas tiga Aliyah. Bisa dibilang, dia termasuk sosok akhi-akhi kajian hijrah, yang juga dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis.

Kenapa saya bisa mengkategorikan dia seperti itu? Jadi gini, saya nanya lebih spesifik dengan kalimat gini, “Aya rencana bade nikah yuswa sabaraha tah?” Biar netizen gak bingung, saya terjemahin, “Kamu punya rencana nikah usia berapa” Nah kurang lebih gitu.

Jawabnya, “Kalo aku disuruh sama Bapak mending nikah muda aja kalo emang udah suka ke satu perempuan dan ngerasa yakin, daripada zina. Kan zina pun banyak bentuknya. Jadi lebih baik ngejaga deh.” Ucapnya.

Sungguh jawaban yang kala itu bagi saya asing. Saya secara pribadi yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak terlalu agamis, ngerasa kalau pola didik itu cenderung berani mempertaruhkan masa depan anak. Jadi, karena pada saat itu saya pun termasuk golongan ukhti-ukhti pengagum kajian akhi ganteng, ya nerima aja. Malah sempet terinspirasi juga.

Tapi hari ini, bisa dibilang saya udah jadi ukhti-ukhti pengagum kajian gender Bu Nur Rofiah, semua ucapan temen laki-laki saya itu sangat membuat saya geleng-geleng. Kegeleng-gelengan saya pun diperkuat ketika saya coba untuk mencari informasi di YouTube atau Instagram tentang nikah muda. Hasilnya ya, sama aja. Semua karena takut zina. Kasian banget mereka yang lagi kasmaran malah dikatain “zina” jadinya.

Refleksi saya, secara seksual di pernikahan anak, tidak ada dampak yang berarti kalau laki-laki menikah di usia muda atau berhubungan seksual (secara sah) di usia muda. Gimana urusannya sama perempuan? Yakin safety? Berhubungan seksual, lalu mengandung, melahirkan, menyusui usia muda loh.

Itu kasusnya kalau dua sejoli sama-sama masih muda, ya. Diperparah dengan kalau perempuannya masih belia, dinikahkan dengan yang usianya jauh lebih sepuh dari dia. Ah ngebayanginnya aja udah serasa nonton film Pengabdi Setan di bioskop 4D!

1 Comment

Tinggalkan Balasan ke WILDAN Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *