Betapa malang, burung-burung kenari, terpisah jarak di bawah hujan, mencuitkan asumsi-asumsinya sendiri, kegamangan-kegamangannya sendiri, kehampaan-kehampaannya sendiri, kesepian-kesepiannya sendiri, kerinduan-kerinduannya sendiri. Tanpa berani mengadu di depan paruhnya, lantaran enggan bertaruh.
Ia bertengger di atas dahan secara bebas, namun terkungkung oleh pikirannya sendiri, tanpa nyali, tanpa berani.
Tinggalkan Balasan