Martalia A.
Sebuah jeda, mengulurkan tangan
Membungkuk
Menengadahkan tangan
Mengajak menari sekali lagi
Dalam musik yang pernah didengar bersama
Sebuah jeda, menyapa tanpa rasa malu
Menampar satu per satu ketangguhan
Mendobrak setiap inci perlawanan
Kuatnya imun dibentuk, dari perjuangan melelahkan
Ada yang terpaku, tak percaya
Menatap nanar pelukan yang tak lagi dirindukan
Menolak mengenang masa-masa itu
Jauh di lubuk hati
Seorang tangguh sedang berperang melawan masa lalu
Berdiri, jadi pahlawan bagi diri sendiri
Membingkai yang lalu, membantingnya setengah mati
Lalu dia berdiri tegar
Berusaha menahan yang pernah jadi alang
Mengobati diri, membalutnya
Menguasai hati, sebagaimana dia layak dicipta
Jika bertanya, bolehkah angin berembus kembali?
Tidak
Tak ada daun gugur yang melayang lagi
Tak ada debu yang beterbangan lagi
Yang ada aku yang terbang
Menerjangmu
Menghempasmu
Menarik semua rapuh
Menjahitnya
Hebatnya
Tak ada lagi tangan yang mengganggu
Kaki yang mendesak
Napas yang terengah
Bibir yang mengecap-kecap
Seolah semua lambat saling beradu
Tenangnya
Jiwa yang dulunya seserpih abu
Tak lagi tangan terulur mengemis waktu
Semua menuju kehidupan baru
Tanpa dia, yang dengan congkaknya berlalu
Dan hadir tanpa tahu malu
Santunnya
Angin yang meniup tanpa banyak ikut campur
Tanpa meresahkan
Tanpa mengingatkan
Karena hati yang ingin terbang, harus tetap terbang
Melawan nasib, memburu jangkar, melabuhkannya pada … perasaan yang tepat.
4 Februari 2022 at 9:20 am
I’m the first to say that i’m not perfect
And you’re the first to say you want the best thing
But now I know the perfect way to let you go
Give my last hello 👋
Just LET HIM GO