aldiantara.kata
Bibir pena terbuka, siapa sebelumnya yang mencumbu.
Pintu mobil terbuka, terparkir tak jauh dari lampu merah. Dua gadis menyalurkan makanan kepada pengayuh becak dan kaum papa sekitaran. Baru saja aku membaca tulisan Kahlil Gibran yang diberi judul “Rahasia Hati”, tertulis, “Milikilah kasih sayang, karena cinta akan mengunjungi hatimu.” Dua gadis berpakaian kantor dengan mobil tanpa stiker embel apapun.
Apa lantaran hari ini Jumat? Hari agung. Selain tempat ibadah yang menyediakan kudapan bagi jamaat. Perbuatan baik yang semakin deras melebih hujan kemarin sore.
Ada manusia yang pasrah dilumat kesedihan-kesedihan hatinya. Perbuatan-perbuatan keji yang dialamatkan kepadanya menumbuhkan akar kuat dalam jiwanya. Derita menahun hendak balaskan kebusukan. Kebencian yang menular-jalar dengan kilat. Hati rang-orang terhunus terpanggil membenci kehidupan dan mengutuk kebahagiaan. Tidak ada orang yang menangis untuknya akan kemalangan nasib. Belum ada yang menyentuh hatinya bahkan jika hanya sekadar sapaan murah. Hati yang sudah malam kian kelam. Seperti duduk di sudut dunia, tiada seorang perhatikan. Menyedihkan seorang manusia lahir tanpa rajutan pakaian kasih-sayang yang dikenakannya. Maka ia terus berbuat kekacauan demi masa lalu yang buatnya terluka.
Sementara itu, ada pula seseorang dalam keadaan terpuruk, dalam jurang kegelapan. Diterangi oleh kebaikan-kebaikan yang diterimanya dari manusia-manusia tak pernah ia duga. Maka seorang itu terus berbuat baik kepada semesta demi membalas kebaikan-kebaikan yang pernah menyentuh hatinya.
Seorang penyayang yang tertanam cinta di dalam hatinya, merasa beruntung memiliki orangtua yang merawat benih-benih kasih sayang baik dengan pengajaran maupun keteladanan. Sebagian manusia yang tidak memilikinya hanya harus menatap dan melanjutkan apa yang sudah dimulai. Kepada mereka yang telanjur menjadi salju, menggigil. Tak menenun pakaian kasih sayang sejak awal, mengutuk kehidupan dengan umpatan. Maka dunia kata yang dengan tulus disampaikan merupakan sebentuk cara mendekap kebencian kemudian memudarkannya.
Sebab tak seorang pun tahu peristiwa apa yang membuat dendam kian membatu, atau kasih sayang yang menjadikannya taman berbunga.
Maka perbuatan-perbuatan baik yang manusia lihat jangan dinilai sebagai oase. Seakan semua orang adalah jahat dan patut dicurigai. Manusia kian pintar menerka maksud orang dengan dalih kewaspadaan. Kebaikan yang kian langka, atau Aku yang sebetulnya terlalu abai.
Tentara daun yang rimbun, indah, pohon yang menjadi peneduh di tengah terik. Hijaunya menjadi transparan kemudaan kala diterpa sinar yang panas. Kembang oranje yang sedang mekar-mekarnya. Dihinggapi sepasang burung yang menamui. Sebuah tempat di mana aku menitip kata, lalu aku mengambilnya untuk kuceritakan.
Tinggalkan Balasan