Tajin

Sisa rintik hujan sore ini masih tersisa di kendaraan. Aku menulis ini beralas sebuah meja. Mengapa harus kopi, spesies elit penadah inspirasi. Masih banyak air-air lain, minuman-minuman beragam. Kasihan beras kencur, temulawak, alang-alang, jahe, dan lain-lain. “Malam ini hanya ada aku berteman secangkir air tajin. Aku menggugat!”

Ada yang lebih seksi dari kopi. Perempuan yang kedua tangannya terangkat membetulkan ikat rambutnya. Mendengarkan lagu ‘untuk perempuan yang sedang dalam pelukan’. Meski manusia senang dengan pelukan afeksi, tapi agama rasanya tak butuh pemeluk.

Pendosa yang gunakan akal dan hatinya, memikirkan Tuhan. Ketimbang si taat yang tak cinta, sedang hati penuh takut akan neraka. Hingga membiarkan tetangganya kelaparan dengan sikap abai. Aku tak bertanya siapa, pun tidak sedang berjalan mencari jawaban.

Sudahlah, tak usah singgung menyinggung. Sekitar kita ada wabah bersamaan bunyi perut keroncongan. Jangan paksa manusia memilih penguasa saat ini. Dengan cara apa manusia tutupi mata yang gila kuasa. Tak ada vaksinnya.

Pemilihan kepala daerah harus tetap dilaksanakan! Dengan syarat. Para calon kepala daerah harus berkenan datang dan menjadi penonton acara teater rakyat yang tak dibumbui scene atau percakapan-percakapan settingan.

Pada ending cerita, semua aktor teater mengambil sebilah pisau serempak, membelah perut mereka sendiri, mengambil ginjalnya. Tidak untuk dijual! Makan! Untuk dimakan sendiri mentah-mentah. Kau kira dengan cara apa agar penguasa bisa jera. Bukankah muncratan getih dan bau amis menyeruak setidaknya bisa buat mereka sedikit terpana.

Teriakan bergantian memenuhi sudut ruang, memekakan telinga, penuh rasa sakit, sulit menyadarkan keangkuhan dan ambisi. Ginjal mereka sendiri yang dimakan bukan untuk ditukar dengan dolar tabungan, tapi untuk makan. Makan!

Setelah teater mengerikan itu selesai. Tak ada perubahan apa-apa. Penguasa berikut bakal calonnya cukup memenjarakan penulis skenario, memeriksa kejiwaannya, tak tahu inti! Memenjarakan bak pahlawan!

1 Comment

  1. ♥️ Maa Syaa Allooh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *