Sepanjang jalan menuju kegelapan malam. Kehidupan membisikiku, “Tempatmu mungkin bukan di sini, namun, selama belum sampai kepadamu petunjuk, bukankah hidup dan apa yang kamu miliki harus kamu perjuangkan?”
Entah itu kutipan dari siapa atau dalam buku apa. Aku lupa.
Kalau WS Rendra punya Sajak Orang Lapar. Bait-baitnya menggugah. “Kelaparan adalah pemberontakan.”; Kelaparan “adalah penggerak gaib dari pisau-pisau pembunuhan yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin.”
Suatu sore, tidak sengaja aku menonton serial Upin Ipin di YouTube judul: Quraisy. Dalam film pendek tersebut dimulai ketika sebelum madrasah diniyah, sementara itu Syekh Abdul Karim sang Ustadz, Aruffin bin Abdul Salam, Ariffin bin Abdul Salam, Muhammad Al Hafeezy, Susi Susanti, Ismail bin Mail, Muhammad Izzat Ngathiman telah berkumpul di madrasah, Ehsan bin Azaruddin yang terlambat datang lalu mengucap salam dengan cemilannya yang masih ia santap sambil jalan dan mulut yang penuh makanan. Lantas Syekh menegurnya, “Ehsan, duduk…Jangan bercakap bila mulutu penuh.” (Apa benar redaksinya seperti itu? Heuheuheu)
Kemudian Syekh meminta para murid untuk mendengarkannya membacakan Surah Quraisy. Setelah selesai, Izzat bertanya kepada Syekh, “Ustaz, kenape name surah ni Qu ra…Quraisy?”
Syekh: “Name Quraisy diambil dari lafadz Quraisy yang terdapat pada ayat pertama surah ini. yang merujuk kepada kaum Quraisy. Kaum Quraisy ialah kaum yang tinggal di Mekkah dan merupakan penjaga Ka’bah……” Kemudian Syekh meminta murid untuk membacakan Surah Quraisy per ayat, kemudian Syekh akan terangkan maksudnya.
Syekh: “Surah ini diturunkan sebagai peringatan tentang nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kaum Quraisy, sebab itu mereka diperintah untuk menyembah kepada Allah. Suratu Quraisy ada baaanyak khasiatnya yaaa. Contohnya dalam bulan puase bila makan sahur, kita baca surah ni (Quraisy), insyaallah, kita akan merasa kenyang dalam waktu lama….” (channel YouTube Adjie Kuncoro, dipublish pada tanggal 29 Mei 2018).
Ah sebetulnya aku tidak pandai untuk menjelaskan selanjutnya ini, yang ingin kusampaikan adalah aku tertarik dengan bagian ending filmnya, Surah Quraisy dibaca dengan maksud memohon kepada Allah agar terhindar dari lapar; merasa kenyang dalam waktu lama. Nilai edukasi cukup jelas menurutku: memotivasi anak agar kuat menjalani puasa hingga berbuka.
Dalam studi tafsir, sebuah surat atau ayat al-Qur’an yang yang dipraktikkan individu atau masyarakat muslim ke dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan resepsi fungsional. Pada suatu kasus, antara ayat yang dibaca dan praktik terkadang tidak ada kaitannya. Sebaliknya, pada suatu kasus adanya keselarasan antara ayat atau surat yang dibaca dan praktiknya.
Dalam contoh resepsi fungsional pada film Upin Ipin ini, termasuk kepada adanya keselarasan antara ayat yang dibaca dan praktik. Agar tidak merasa lapar ketika menjalankan puasa, maka bacalah Surah Quraisy. Barangkali keselarasan ini terletak pada ayat keempat, kurang dan lebih artinya, “(Allah) yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar…….”
Di sebagian masyarakat, praktik resepsi fungsional sebetulnya bukanlah hal yang asing. Contoh lain seperti halnya pembacaan surah Yusuf dan Maryam bagi seorang ibu hamil adalah doa, harapannya agar kelak memiliki keturunan berkarakter seperti Nabi Yusuf as. atau seperti Siti Maryam.
Atau seorang aktivis Farid Esack yang bercerita mengenai Ibu dan Neneknya yang selalu melafalkan ayat-ayat tertentu dari al-Qur’an ketika memasak sesuatu untuk mendapatkan rasa makanan yang nikmat.
Resepsi al-Qur’an ialah bagaimana seorang menerima, merespon, memanfaatkan, atau menggunakannya baik sebagai teks yang memuat susunan sintaksis atau sebagai mushaf yang dibukukan yang memiliki maknanya sendiri atau sekumpulan lepas kata-kata yang mempunyai makna tertentu. –Ahmad Rafiq.
Bahkan masih banyak lagi kiranya aktifitas sehari-hari kita yang tidak disadari merupakan resepsi fungsional dari ayat atau surah al-Qur’an.
Semesta membisikiku: Jika dalam semesta pengetahuan terdapat Teologi al-Ma’un: kaitan antara doktrin tauhid dan pembelaan terhadap golongan tertindas dan lemah, baik secara sosial ekonomi maupun iman-pendidikan; suatu teologi pemihakan kepada kaum miskin, telantar, tertindas dan terpinggirkan. Apakah sudah ada gagasan mengenai Teologi Quraisy? “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”
Manusia mana yang dapat terbebas dari rasa takut. Ketakutan tidak saja kini relevan dengan terorisme, kini virus corona menjadi mimpi buruk yang telah menjadi nyata, membuat manusia menahan nafas. Sementara itu baru saja kudengar di sekitarku ada 200 orang pemutusan hubungan kerja pada sebuah instansi pemerintah. Menyisakan PNS yang sebagiannya masih bingung menyalakan komputer tak sanggup gantikan kinerja fresh graduate yang magang. Kini pun banyak orang-orang lapar.
“(Allah) yang menghilangkan lapar.” Diperlukan cara kreatif manusia agar terpenuhi kebutuhan pokoknya. “(Allah) mengamankan mereka dari ketakutan.” Diperlukan cara berkelanjutan manusia yang memberi sesama: ketenangan, rasa aman dan optimisme menghadapi wabah corona ini.
Ah rumit sekali tulisan ini.
Beri makan, bebaskan dari rasa takut.
Sumber Gambar: Pixabay
Ahmad Rafiq, “Sejarah Al-Qur’an: Dari Pewahyuan ke Resepsi (Sebuah Pencarian Awal Metodologis) dalam Islam, Tradisi dan Peradaban diterbitkan oleh Bina Mulia Press, 2012.
Buya Syafi’i Ma’arif, “Teologi Al-Ma’un Muhammadiyah (1)” dalam www.republika.co.id