Sudah pagi. Beburungan yang hinggap pada pohon mangga berkicau berbincang dengan alam yang dingin. Indah. Syahdu. Perlahan langit menerang. Bumi sedikit lebih hangat. Kicauan alam berganti dengan kendaraan berlalu lalang. Atau bunyi sepeda penjual sayur, disambut dengan ibu-ibu yang sudah bangun lebih gasik dari suami-suaminya.
Semalam rasa pahit kopi masih terasa. Antara aku, cangkir dan sebuah rumah di depanku menghadap, seperti garis lurus.
Ada apa?
Rumah kecil kulihat di dalamnya dua perempuan paruh baya duduk di berandanya. Pintu rumahnya terbuka, ada dispenser juga pintu yang dibuat dari kain.
Kawanku Bahduki sibuk membicarakan pengacara sukses di Jakarta. Sementara pikiranku mengemis kebahagiaan pada senyum ibu yang duduk di rumah tua depan. Dunia di usia dua lima ku nampak seperti casino. Memaksa takdir berikan sedikit peruntungannya pada usaha yang kujalani.
Dunia di usia dua lima ku penuh dengan pencitraan kepada kawan lama. Aku sudah menjadi apa. Kamu sudah menjadi apa. Pencapaian! Semua berbalut foto medsos yang menipu. Dunia di usia dua lima ku penuh dengan pencitraan kepada kawan baru. Mulut berbuih sembunyikan kebohongan.
Tiga hari lalu, pergi ke kedai ini aku tak jadi memesan apapun, lantaran aku melihat beberapa polisi nampak lakukan sidak dadak. Aku lajukan motor yang belum kuservis cari tempat lain. Setelah beberapa hari, baru kutahu sidak polisi bukan pada kedai, tapi menjenguk dan memberi bantuan kepada ibu di rumah tua.
Di pagi hari ini. Ada yang lebih gasik dari burjo yang buka jual sarapan: Konter pulsa! Kalau soal pulsa dan kuota, ngga ada yang berani viralkan isu pulsa syar’i, lantaran ada yang selalu menggoda: Open, Kak. Real. Untuk yang serius aja. Php basa basi block!!