Suara Dua

aldiantara.kata

Kau mengiringi nyanyianku dengan lembut. Suara agak melengking sembari menerka-nerka lirik acakku. Aku bernyanyi mengeping sepi.

Kita bertanya mengenai jalan menuju pesisir. Mengapa kepada alam, jalan yang jauh, kita berencana habiskan waktu. Apa tidak kepada kafe-kafe, jarak yang dekat, kita duduk berbagi cerita.

“Tergantung ceritanya.” Jawabmu.

Apa ada tempat-tempat yang layak menjadi penanda suatu kesedihan kala diri yang tak beranjak dari rasa khawatir. Tak akan dikunjungi lagi. Namun kau menjawab, apa ada suatu tempat yang bebas dari cerita dan peristiwa. Tempat-tempat memang bebas nilai. Namun ingatan para pengunjung kerap meninggalkan bekas yang abstrak.

Jalan jauh menuju pantai sepi dari pemukiman. Nyiur hijau kelapa, sisi-sisi bukit yang sunyi, angin kuat laut selatan.

“Nyanyikan aku sebuah lagu.” Pintamu.

Kau mengiringi dengan suara dua. Terkadang kita meminta angin untuk menjadi instrumennya. Atau suara klakson-klakson kendaraan dengan intonasi yang tak ramah, dim lampu pemeriah malam. Bertukar lagu-lagu pada penghujung tahun yang kerap diputar.

Tiba-tiba seseorang bernyanyi nada perlahan. Suara dua tiba menyempurnakan.

4 Comments

  1. Suara dua…bagus bngt 👍👍

  2. “Nyanyikan aku sebuah lagu.” 😊

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *