aldiantara.kata

Tiba-tiba. Yang tiba-tiba. Yang sedang rindu. Yang sedang ingat, yang baru tersadar. Yang akan segera lupa.

Seseorang menghubungi, menanyakan kabar, seperti sedang membutuhkan perhatian untuk banyak berbincang denganmu. “Ia sedang tiba-tiba.” Apa manusia kini diciptakan oleh suatu kondisi untuk selalu curiga terhadap perilaku tiba-tiba. Tiba-tiba akan tiba. Perilaku tiba-tiba segera tiba. Banyak sikap manusia berdasar dari proyeksi masa lalu.

Berawal dari rutinitas yang membuat kita kalap warnai banyak jatah waktu. Selepas bekerja, tubuh rebah dalam kekosongan. Menggulir pesan-pesan yang masuk. Perhatikan tanda-tanda tanya, lalu membaca apa yang menjadi jawaban kita kala itu.

Bagaimana kabar saudara dekatmu? Tiba-tiba ada keinginan untuk mengunjungi beranda media sosialnya. Ternyata ia punya akun podcast Spotify! Coba dengarkan, lama tak bertemu membuat suara khas yang didengarkan memunculkan rindu yang membuncah. Padahal ia sedang bercerita mengenai isu-isu sosial yang serius. Munculah keinginan untuk memberi kabar, “Apakabar? Semoga selalu sehat dan dalam keadaan yang baik.”

Jangankan rindu, mudah sekali untuk kita bersikap iri, bukan? Acap merasa takut melihat orang lebih produktif ketimbang diri sendiri. Namun ada juga orang yang merasa bahwa melihat keadaan teman lama di media sosial sebagai hal yang tak penting. Atur janji saja untuk bertemu.

Tiba-tiba merupakan perkara wajar. Kita adalah manusia, bukan? Sebab manusia, kita tidak akan selamanya berada di ladang. Tidak selamanya berada dalam kubangan kotor. Tidak selamanya berada di suatu tempat dan kondisi. Hanya manusia yang dianugerahi kekuatan untuk merubah nasib. Manusia bisa berubah dengan tiba-tiba. Pikiran-pikiran yang mesti kita jaga dengan hati-hati. Meski terkadang penting pula berpikir nekat dan menantang. Pikiran senantiasa terhubung dengan semesta raya. Semesta dengan ajaib seakan mencarikan jalan untuk kita tapaki.

Seberapa jauh kita sudah berjalan, semakin larut semakin kita menemukan kesunyian. Berakhir dengan Aku. Hanya Aku beserta segala kepentingannya. Hal-hal lain berupa bayangan.

Meski berkelit menghujanimu dengan ragam tanya. Apa keadaanmu baik-baik saja. Bagaimana tip merawat kebun. Pakan yang baik untuk ternak ayam kampung. Budi daya ikan cupang. Cuaca yang mendung yang datang setiap sore. Sejatinya akarnya satu: dia rindu.

Namun, kapan terakhir kita menerima ketulusan dengan rasa curiga? Kita pun enggan untuk menyapa lebih pagi agar ia tak curiga.

Kebutuhan tiba-tiba selalu ada pula. Tidak mungkin melepaskan baju kemanusiaan kita yang membutuhkan bantuan orang lain. Bila tetap ada yang perlu dibantu, semoga ucapan pertanyaan kabar tetap menjaga ketulusan dan kehangatan.

Siapa yang kini sedang berada dalam benakmu?

Apa yang kini sedang berada dalam benakmu?