aldiantara.kata

 

Definisi rebahan. Layar sentuh. Cara memanjakanmu, membasahimu tanpa sentuhan, memejamkanmu tanpa rangsangan. Ada banyak bayangan dalam kamarku, yang membisu tanpa suara.

Jangkauan orang-orang yang bisa disebut teman kini berada “dihadapan”, yang harus kita berbincang lewat diksi kata yang diketik. Ekspresi yang terlihat melalui prasangka, tanpa saling mengunjungi, tanpa saling bergerak, hingga lupa bernafas dan melangkah, membuka pintu kamar dengan kepala pening terpaan sinar matahari yang mengejek. Ia tetep bersinar secara konservatif, yang terbit dari timur dan tenggelam di barat.

Scroll. Scroll. Konsentrasi, semakin mengabaikan dunia sekitar. Apalagi kala mencium aroma-aroma keributan. Dua seleb yang saling menyindir melalui story Instagram.

Sesekali tertawa melihat drama ketjil yang manusia sebut video. Kadangkala terpancing emosi menyinggung keyakinan yang seseorang anut. Emosi terkuras melalui dunia nyata yang tak menyata.

Sesekali hati tersentuh dengan potongan lagu merdu yang jadi terdengar biasa saja setelah diunduh. Pernah pula merasa menjadi intelek setelah membaca quote-quote tokoh-tokoh besar yang menghabiskan puluhan tahun hidup perjuangkan cita, namun aku menyerap quote diantarakatanya lalu merasa patriotik. Berdebar.

Pesan WhatsApp masuk! Ah dari seorang perempuan. Kujawab. Buka kembali browser dan aplikasi medsos. Scroll, scroll. Tiada lagi menarik.

YouTube! YouTube. Aku belum membuka YouTube malam ini. Mari kita simak pandangan para ahli mengenai kekalahan Barcelona di El Clasico jilid pertama musim ini. Nah, kan. Apa kukira. Aku belum menyimaknya.

Aduh! Channel channel lain sudah upload video baru. Terlalu banyak ternyata yang belum kutonton. Tutup dulu. Aku haus. Berdiri. Dunia sedikit berputar. Pening. Pandangan sedikit buram. Ah, aku sudah penyakitan?! Berapa usiaku kini? Ah tak penting. Besok harus kembali jogging dan angkat beban, namun jangan sampai terlalu pegal.

Membaca buku. Memilihnya di atas meja. Banyak pilihan. Ambil satu lalu baca daftar isi, berpikir halaman berapa terakhir dibaca. Ah, buku ini bab pertama sudah pernah kubaca, masa kubaca lagi? Memang aku sudah paham dengan isinya? Belum juga. Ah tidak, tidak. Jangan buku ini. Baca buku itu saja.

Ah seru sekali isi buku ini. Ternyata agama yang kita anut ini memang sarat dengan perlawanan sosial… berefleksi. Melamun… Ah, cukup, cukup. (padahal baru membaca 3 menit). Tutup buku. Jeda dulu. Buka henpon. Apakah ada notif WhatsApp? Ah tidak ada. Buka medsos lain, apakah feed baru IG ada orang baru yang menyukai? Ah tidak! Lho? Kok followerku berkurang? Padahal sebelumnya tidak segitu?

Lihat, lihat. Ada postingan baru di beranda. Anjir! Dia lucu banget. Keren videonya. Coba buka profilnya, lihat video-videonya yang lain. Ah biasa aja. Buka beranda lagi.

Ah iya, aku tadi sedang menamatkan video Coach yang sedang menganalisis kekalahan Barcelona. Ah, tidak juga. Tadi habis buka apa, ya?

Buka medsos lain.

Aku ngga suka statusnya. Pihujateun (memancing hujatan). Mari kita komen, “@#$%^^&**%$”

Buka status WhatsApp yang sudah lama tak kubuka (padahal baru buka 10 menit yang lalu).

Promo 1 slot cobain gaya seperti video (seperti) artis 19 detik. Siapa cepat dia dapat. Buruan!

Baterai habis. Semoga rebahan hari esok semakin berkualitas. Menonton utang video secara tuntas dan membalas chat WhatsApp sedikit lebih lama, meski tak sibuk ngapa-ngapain. Heuheuheu.