Salawe

Lima belas menit sebelum ulang tahun, aku mendengarkan video Sujwo Tejo di instagram yang bilang, “Lelaki paling tak berperasaan adalah lelaki yang jauh dari kekasih saat hujan, tapi tak menghasilkan satu pun puisi.”

Sepuluh menit sebelum berulang tahun, aku mendengarkan lagu The Moon – Embun yang bilang: “Seharusnya kau ada di sini”, yang bilang: “Engkau adalah rasa gelisahku”; “Engkau adalah bayangan diriku”; “Sadarkah engkau bagaikan embun pagi yang sejukkan mataku.”

Lalu setelah itu playlist lagu otomatis menuju lagu Hard to Say I’m Sorry yang dibawakan Westlife yang bilang, “Everybody needs a little time away; Even lovers need holiday; I just want you to stay, after all that we’ve been through; You’re just a part of me I can’t let go; I could never let you go.” Ah kenapa lagu-lagunya terdengar melankolis.

Ah tidak! 1 menit menuju perayaan. Menuju tanggal 7. Bahkan kini aku mengetiknya dengan terburu-buru, dan tak terhitung kutekan tombol backspace di laptop ini karena typo.

00.00

Alhamdulillah. 7 Agustus 2020. Usiaku tepat menginjak salawe.

Aku berdoa agar bertambahnya usia,  bertambah pula kebaikan dan keberkahan hidup, seiringnya. Tulisan ini akan kubaca pada tanggal 8 Agustus, 9 Agustus, 10 Agustus 2020, lalu menghilang. Lalu kubaca lagi pada tanggal 1 Agustus 2021, 6 Agustus 2021. Semoga masih berada di alam yang sama. dan kesempatan waktu yang menjadi anugerah.

Rasanya menyenangkan bisa menulis dalam keadaan senang dan berdebar-debar. Kini sudah pukul 00.02. Teriring dalam hatiku kini segala harap kebaikan. Selain tahun ini banyak lulusan angkatan corona, banyak pula perayaan ulang tahun kala corona. Seiring bertambah pula angka korbannya.

Ah tidak terasa, tulisan ini sudah 323 kata. Aku menikmati fase hidupku yang semakin dewasa dan mesum ini.

00.05. Lagu selanjutnya dari Winter Sonata – From The Beginning Until Now, terputar otomatis.  Ah kenapa harus lagu-lagu sendu pada perayaan ini. Sedikit aneh, hati sedang senang, namun kudengar lagu-lagu melow.

Ah sebentar, kuganti lagu yang agak keras. Lagunya Avenged Sevenfold – Hail The King. Aku jadi ingat pada tanggal 6 kemarin hari di mana Jerinx memenuhi panggilan penyidik di Polda Bali karena dianggap melakukan pencemaran nama baik IDI dan ujaran kebencian. Namun hashtag #sayabersamaJRX dan #savejrxsid memenuhi timeline medsos.

00.20. aku masih menatap laptop dengan tulisan ini, sementara pertandingan sepak bola Sevilla dan AS Roma sedang berlangsung di Liga Eropa.

Kubuka tulisan Leo Tolstoy, A Calender of Wisdom, pada tanggal 7 Agustus tertulis: “Aturan, ‘Kau harus bersikap seperti orang lain bersikap’ adalah salah satu aturan paling buruk” –Jean De La Bruyere.

Usia seperempat abad. Kehidupan yang disebut-sebut bak lautan itu rasanya masih nanggung. Asin yang tak terlalu asin. Manis yang sedikit hambar, juga tak terlalu pahit.

Maka yang kusukai adalah tanggal enam, yang tak kusukai adalah tanggal 8, sebab butuh waktu lama rasanya untuk kembali pada hari ini.

Jika jatah hidupku 63 tahun, ingin rasanya menjadi sutradara di mana aku mengulang hidupku 63 hari di mana setiap harinya adalah pengulangan pada setiap tanggal 7.

Hari ini. mengunjungi banyak orang. Melihat manusia-manusia di kedai kopi. Jalanan yang panas siang hari. Mata-mata manusia yang tak perhatikan sekelilingnya. Fokus bekerja, atau sibuk bekerja.

Pesan masuk ucapkan selamat ulang tahun. Hati gugup antara bahagia atau perasaan melankolis. Soda gembira yang esnya mulai memberi hambar pada kedalaman rasanya. Serta rokok yang padam diinjak serdadu yang berlari.

Obrolan-obrolan yang menyenangkan, yang kupahami melalui bahasa raut wajah yang menipu. Usaha yang sedikit demi sedikit menemukan pelanggannya. Laris ditarik Tuhan diberikan hak rizkinya. Manusia yang sibuk mencari kebahagiaan. Hatiku yang sibuk berdebar berkoordinasi dengan mata penuh kesadaran perhatikan sekeliling. Lagu payung teduh diputar tanpa suasana temaram dan sunyi. Lagu Naff – Kau masih kekasihku adalah lagu berikutnya di kedai kopi.

Poster-poster menarik acara masih tertempel di dinding mading dengan waktu yang sudah berlalu.

Sebuah mobil menepi lalu pergi kembali.

Aku ingin berterimakasih kepada kehidupan sebelum mood menarikku pada kerunyaman kata-kata. Seorang aktifis memakai kaos bergambarkan RA. Kartini duduk di depanku. Secangkir kopi favorit. Topi usang. Serta laptop yang keyboardnya mengalunkan bunyi-bunyi irama ketikan ide yang tak bisa kutangkap. Antara qwerty dan spasi. Alfabet berputar di angkasa pikiran tertuang pada sebuah tulisan.

13.17 penjual gorengan merapat siapkan lapak gerobak.

14.00 menghubungi teman melalui video call. Melihatnya tersenyum terkembang. Tawanya. Menabung mood baik.

14.18 di jalan seorang Bapak menarik gerobak. Sepasang anak kembar dibawa di dalamnya sama-sama kenakan jaket bertudung beruang cokelat yang lucu. Di belakangnya sang Ibu membantu mendorongnya.

Selepas maghrib menghubungi Bapak dan Ibu.

19.30 mengunjungi Ibu dukuh KKN. Berbicara masa lalu dan bercerita mengenai kejadian susur sungai Sempor yang memakan banyak korban.

Aku senang hari ini mengunjungi banyak orang. Terimakasih O Allah. Terimakasih kehidupan.

4 Comments

  1. Omo daebakkk 👍👍👍

  2. Neny Muthi'atul Awwaliyah

    8 Agustus 2020 at 8:33 am

    Selamat yg ke selawe..hehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *