aldiantara.kata

Saat engkau berulang tahun. Waktu akan berjalan dengan cepat. Ucapan berdatangan.

Saat engkau berulang tahun. Tawa khalayak seakan menjadi lilin yang enggan segera engkau tiup padamkan. Gulir waktu menjadi make a wish harapan yang tak usai hingga bergantinya waktu keesokan harinya. Ada gumam bahwa akan lama sekali menanti perayaan berikutnya.

Pergilah berziarah kepada seseorang yang kau sayangi, habiskan waktu tanpa sinyal dan sesal. Berziarah menuju tempat air bermuara. Sepoi angin sejuk. Tanpa bising kendaraan yang mendistrak perenungan. Berziarah menuju nyala api unggun sebelum habis ranting-ranting, daun-daun kering, serta umbar kata yang terangkai cerita.

Sampai suatu saat di mana lidah kehabisan kata-kata, antara menikmati waktu atau bergumul mengabadikan waktu melalui pena.

Saat engkau berulang tahun, engkau akan membaca biografi pendahulu-pendahulu yang hendak kau capai. Hingga waktu terasa sempit hingga memaksa diri untuk menerima keadaan dan rupa alasan.

Saat engkau berulang tahun, lagu-lagu yang terputar di kafe akan terpatri panjang pada ingatan. Ia menjadi playlist. Rupa abstrak yang menjadi kata-kata pada dinding kedap suara, akan berbicara dengan sendirinya pada ingatan. Ia akan terpaku rapat yang bisa kita ziarahi saban memori itu terpanggil.

Saat engkau berulang tahun, gubahlah puisi. Di antara pagi hingga temaram yang menjadi masing-masing bait. Teratur dan rapi. Sebelum malam menjadi epilog dan sebuah perayaan sunyi.

Saat engkau berulang tahun, satu-satunya simpulan pada penghujung hari, bahwa kehidupan adalah apapun, asal bukan pencapaian. Ia adalah suatu refleksi dari cara bernafas dan bersyukur atas segala hal-hal baik yang telah diterima.