Oleh: Nazara

 

“Please kamu ngomong dong, jangan diem aja kalo ada masalah”

Kalo suatu waktu kita ngomong gitu ke pasangan, pada dasarnya ia menuntut inisiatif. Tentunya ini masalah serius, karena kita akan berbuat sesuatu dan mencocokkan upaya kita dengan ekspresi pasangan.

Jika ekspresinya senang, artinya apa yang kita upayakan sesuai dengan maksud hatinya.

Jadi tandanya ketika pasanganmu diam, ia tidak benar-benar diam, hatinya berbicara, bahkan menjerit.

Lo harus peka!

*ribet*

Ngobrolin soal bunyi, Ga melulu soal produk getaran yang diterima oleh telinga, tapi bunyi itu juga dicerna oleh batin atau hati.

Iya gitu?

“iyaa”

Seriusan?

“iya bawel!”

Contoh?

Orang yang patah hati kalo denger musik mellow itu hatinya makin bubuk, serius. Pikirannya nyungseb.

Makanya kalo lagi feeling blue coba denger musik yang ceria, sedikit banyak bisa mereparasi hati yang berdarah-darah itu. Haha.

Sebaliknya, kalo lagi seneng coba dengerin lagu Wali “ingat mati, ingat sakit”, seenggaknya ga bikin kita over.

[dibikin balan]

Tapi ya, kata Hazrat Inayat Khan hidup ini pada dasarnya adalah panggung musikal, dan Tuhan sebagai orkestratornya.

Aku, kamu, dia, pohonan, binatang, taman, kantor, pasar, bahkan galaksi pokoknya semua bersifat musikal. Semua memiliki bunyi masing-masing, ritmik dan (semestinya) teratur tertata.

Manusia disebut musikal karena ia ritmik, nadanya terpola.

Bangun tidur, mandi, ibadah, makan 3 kali, kerja, pulang. tidur lagi. Repetitif!

Nah kalo menurut gue, peran Tuhan sebagai Orkestrator adalah membuat notasi, notasi adalah sistem, dalam konteks ini adalah hukum atau aturan yang menjaga agar bebunyian alam raya nggak sumbang. Maka termanifestasikanlah dalam bentuk kitab suci.

Agar apa?

Agar yang main keyboard ga asal mencet, yang main biola ga asal gesek, yang main bass ga overlapping jadi Orkestrator!

Kebayang kaan di kantor, ada admin yang bossy?

Sederhananya, sebagai “alat musik” berjalanlah sesuai notasi.

Karena mencuri, merusak, menyakiti, tidak peduli, sombong dll adalah nada-nada yang sumbang.

Oh ya satu lagi, jangan ganggu ritme orang lain.

Kalo gue pernah, ya maaf.