aldiantara.kata
Pernah suatu kali merecall ingatan tentang masa kecil?
Melakukan permainan bersama teman-teman dekat rumah, yang kini sudah canggung ketika bertemu. Gunakan batu dan pecahan genting tanah liat untuk merobohkan bata dan menggurat garis pada tanah. Lipatan tangan petak umpet, menghitung satu hingga seratus, mencari seseorang satu per satu.
Atau berjudi kecil menggunakan kertas gambar, atau sepak bola kartu dengan bola yang dibuat gunakan kertas alumunium foil sigaret.
Bermain lompat tali karet, hingga masak-masakan.
Masak-masakan tanpa ada api, tanpa ada cacah sayuran serta telur yang sedang naik harga. Ia ajak pada perjamuan makan siang sepulang sekolah. Membuatkan makan siang dengan wajan plastik yang diisi dengan pasir. Ia katakan sedang membuatkan masakan kesukaan.
Aku kangen mendefinisikan cinta sebagai masak-masakan dalam suatu perjamuan yang sakral. Tanpa melibatkan orang tua, atau janji-janji yang akan saling menagih terlebih dulu. Senyatanya perjamuan itu tak pernah ada. Sebagaimana makan sungguhan, harus lelah mengunyah, melepeh tulang, serta merasa kenyang dan malas. Tanpa harus menawar harga dan bersilang pendapat, seseorang hanya harus mengajak dan memberi pesan ingin apa.
Kebahagiaan yang didapat sejatinya berasal dari pura-pura?
Aku tidak tahu. Pura-pura barangkali masih berada di atas perahu, yang berkura-kura. Ia terombang-ambing pada arus yang membawa badan dan rumahnya sekaligus.
Tinggalkan Balasan