Kekasih. Bila keesokan pagi kau temukan air yang tergenang di depan rumahmu sisa semalam, barangkali airnya mengandung pesan puisi yang mengetuk pintu hatimu. Bila malam ini kau sulit tidur, dengarlah rintik-rintiknya, meski diksi-diksi ini tak seagung air dari langit. Tak se-syahdu malam yang menyatukan para pecinta di bawah derasnya. Setidaknya perasaan cinta dan rindu mampu meredam luka korban PHK. Meski hujan turun sesaat, manusia bisa bertahan hidup dengan harapan dan cintanya yang agung. Hujan memberi kesempatan kepada manusia agar memperhatikan relung hatinya.
Teh panas yang menjadi dingin. Apa kamu masih banyak diam seperti biasanya. Sesudah dewasa, banyak orang ragu bagaimana bisa berjalan di bawah hujan tanpa sebuah kain menutupi kepala. Hanya saat itu perhatian manusia tertuju kepada cara berlari kekasihnya. Mengabaikan semestanya. Kau tak banyak bicara, hanya isyarat lenguh nafas mencari tempat peneduhan.
Aku tak hiraukan canda tawa manusia di kedai kopi. Kaulah engkau akuku. Berpeluklah tanpa diantarakata. Puisi hujan belumlah selesai.
Tinggalkan Balasan