Oleh: Azki Khikmatiar
Di penghujung mei
Tak ada lagi puisi tercipta
Belati enggan menusuk hati
Merupa luka tak kasat mata
Sebermula hanyalah ada
Sementara akhir melebihi tiada
Di penghujung mei
Diksi berantakan kemudian mati
Pena tumpul berlumuran darah abadi
Lembaran putih menahan jerih
Diantarakita hanya sekadar diantarakata
Kehilangan tangis tanpa air mata
Di penghujung mei
Waktu berputar sebegitu lambat
Tapi aku ingin berteriak dengan lembut!
Mengapa puisi membutuhkan rumah?
Menghancurkannya dengan sangat ramah
Palung sebagai tempat untuk pulang
Singgah tak pernah menjelma sungguh
Pernah berakhir dalam sebuah punah
Di penghujung mei
Pagi berontak dalam benak
Siang berulang lantas hilang
Malam berlalu dengan muram
Ah! Sial!
Aku masih terpenjara
dalam bual!
Kota Ikhlas, 31 Mei 2021
14 Juni 2021 at 4:04 pm
Baguss kakk.