aldiantara.kata
Pada sebuah buku sastra yang kau peluk malam ini. Adakah kau bernafsu dalam mencari kata-kata? Masih menuduh penyair-penyair yang gemar menjual kesedihannya. Atau mencari padanan kesedihan agar sama seperti penyair-penyair seperti yang kau baca?
Pada sebuah buku sastra yang kau peluk malam ini. Kita berlari pada rentang jarak, mencari tempat yang nyaman agar menemukan tempat memanjai syair dengan membacanya berulang-ulang. Sebagaimana kopi panas yang dinikmati ketika cuaca dingin dan kabut.
Kata-kata dapat berbicara ketika ia dibaca pada suasana gaduh, namun terkadang butuh sebuah sepi, terkadang perlu beriring alunan nada, terkadang ingin sambil mendengarkan orang-orang lain yang sedang bercakap pada konteks yang tak dimengerti, bahkan jika itu hanya suatu igauan, bisikan ucapan selamat tidurmu.
Pada sebuah buku sastra yang kau peluk malam ini. Ada jarak dan spasi di antara bait. Ada rentang waktu sebagai penanda syair-syair. Ada kata-kata yang tersembunyi. Ada kata-kata yang teramat samar.
Pada sebuah buku sastra yang kau peluk malam ini. Aku mengeja bait-bait syair pada pejam matamu.
Tinggalkan Balasan