Kucing pagi-pagi sekali sudah bertengkar tanpa ancang-ancang. Algoritma takdir sudah berjalan sejak malamnya. Influencer media sosial menyulut api dan bersengketa kepada lawan tanpa menyentuh jantung hatinya. Martodikromo seorang yang sangat kuhormati. Tidak tidur. Bagi orang-orang melihatnya penuh masalah. Baginya konflik tanah adalah jalan menuju pelukan Tuhan. “Aku ki mung sendiko ndawuh karo Kyai. Manuto koyo asu, mlakune koyo celeng.”
Di lemari rumah Martodikromo sudah terpampang gambar asu. Menggemaskan.
“Siapa sesungguhnya yang melawan negara?” Martodikromo berujar. Sudah jelas bahwa kepemilikan tanah adalah hak petani berikut surat-surat berharga. Terimakasih sudah menunjukkan kepada dunia siapa petani itu. Di desa sepeda tak menjadi tren. Banyak dari pesepeda membawa rumput pakan ternak.
Rasanya ingin menggiring para penghafal kitab suci menuju kediaman Martodikromo. Atau komisaris perusahaan menuju sekolah-sekolah menjadi guru honorer. Seorang korban pemutusan hubungan kerja pamit tinggalkan kota. Ditunggu level kehidupan selanjutnya dan nasib baik menyertai.
Ah, jangan salah menganggap. Martodikromo ini bukanlah golongan kiri. Beliau adalah seorang kuhormati. Membela tanahnya sendiri dari jarahan oknum yang mengincar tambang komersil. Martodikromo adalah santri yang begitu takzim pada Kyainya. Apakah fresh-graduate siap untuk hidup rekasa? Kepasrahan Martodikromo adalah kepasrahan kepada Tuhan, dawuh Kiai serta pembacaan ratusan buku-buku agraria.
Martodikromo katakan bahwa aku seorang wartawan gadungan. Aku tersinggung. Namun ujarnya gadungan tak berkonotasi negatif. Gadungan memang berarti umbi-umbian yang memabukkan, wartawan gadungan berarti gaya penulisan provokatif yang memihak.
Jambu kristal sudah diekspor ke negeri Ceko. Jalanan licin. Kiai muda masih bercerita mengenai sejarah negerinya. Namun aku segera pamit lantaran tidak enak harus bertamu hingga selarut ini. Padahal cerita mengenai Ayahnya sangatlah menarik. Menjadi cultural broker masyarakatnya. Termasuk mengajarkan kepada Martodikromo ilmu politik, kepada jawara-jawara sekitarnya agar jangan sampai kalah kalau bertarung, memalukan daerahnya. Ayahnya pernah suatu kali memberi amalan wirid waidza bathasytum bathasytum jabbarin untuk kesaktian pada jawara pilihannya. Setelahnya jawara tersebut malah menjadi santrinya yang militan.
Semesta. Sawah sekitarku kini sedang dibangun warung kopi, sementara seorang wanita katakan ia tidak suka mengulum, masih banyak foreplay lain yang bisa dicoba.
Tinggalkan Balasan