Menelisik sejarah banyak orang mengisyaratkan kerinduan pada masanya. Romantika lama dapat diadopsi kembali substansinya. Keemasan Islam pernah terjadi ditandai dengan penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani dan Romawi ke dalam bahasa Arab. Melahirkan tokoh sekaliber Rhazes dan Avicenna. Karya-karyanya bahkan digunakan oleh Eropa, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Dan menjadi bahan pembelajaran. Dahulu kaum muslim begitu terbuka dan positif terhadap pengetahuan dan kebudayaan bangsa-bangsa lain, khususnya Yunani. Singkatnya, Islam sedari awal menjunjung tinggi semangat penelitian, bukan penerimaan dogma dan kepasrahan. Semangat keterbukaan akan karya-karya apapun, bukan membatasi buku-buku yang harus dibaca. Wabah corona masih banyak memakan korban. ‘Kabar gembira’ hari ini adalah menyaksikan manusia-manusia yang beribadah dengan cara ‘sempurna’. Tetap ‘berjamaah’, ‘rapatkan shaff barisan (kaki)’. Mereka begitu bebal dan abaikan pengetahuan. Merasa dekat dengan Tuhannya dan sempurna dalam sikap beragamanya. Seolah menghadapi wabah adalah dengan cara bersikap masa bodoh dan cukup hanya dengan yakin pada setiap doa. Tuhan dalam kitab sucinya isyaratkan progresifitas dalam membaca, umat seharusnya beriman secara ilmiah. Mereka tidak sadar bahwa orang yang mereka sebut sebagai ‘kafir’ telah mencuri (spirit) ‘kitab suci’ mereka dan lakukan jihad medis lebih awal. Dan kita seperti menjadi pemeluk agama yang buruk, dari agama yang sempurna.

Mataku mungkin menjadi rabun, bahwa kini ketika shalat, sajadahku terbalik, mengarah kepada diriku sendiri, bukan kepada Tuhanku. Aku bebal tak pahami maksud firman Tuhan. Afala yatadabbaruna al-Qur’an. Afala ta’qilun. Manusia bebal kini menyembah diri sendiri. Manusia bebal menjadi ‘tuhan’, menjadikan Tuhan biang kerok wabah ini, hingga ‘menyuruh’ Tuhan hilangkan wabah. Manusia bebal tinggal berpangku tangan menunggu kabar. Qum fa Andzir. Kini manusia bebal menunggu diberi peringatan ilmiah. Setidaknya pahamilah temuan para ilmuwan jika tidak bisa meneliti secara langsung. Menjadi setan yang sebenarnya, dan menggoda Tuhan agar menghentikan skenario ini dan sembuhkan bumi manusia. Tuhan bacakan ayat kursi, manusia bebal kepanasan dan semakin ‘taat’ pada kebebalannya.