aldiantara.kata
Kita melihat lonceng angin, di sela obrolan. Gemerincing menyambut gelap langit. Pria-pria tua bersepeda berdua dengan topi ayam jago. Kopi tubruk yang sudah hilang panasnya. Candi bangunan lama berdiri ditinggal waktu.
Lalu, drainase di tengah kota yang luput dari perhatian. Air meluap menjadi banjir kecil di pinggir. Terabai sebelum menjadi bah. Kicau-kicau di perkota adalah klakson yang saling bersahutan. Pekerja berjejer di lampu merah. Adakah cinta dari para pekerja itu? Dari jarak yang kupandang dengan mata melankolis ini.
Banyak diksi yang telah menjadi kamus. Lupa cara merangkai kata. Apa sudah tak rindu, atau ia telah membatu, hingga sulit berkata-kata?
Tinggalkan Balasan