Burung mengabdi. Suaranya menjadi penyembuh luka. Lampu rumahan belum dimatikan. Kutjing sudah tampan disamping motor. Tertegun menghadap Merapi. Setelah kemarin rumah diguncang gempa. Manusia hiraukan tanda alam. Tanda alam bukanlah gunung yang terlihat mata telanjang. Tanda adalah notif dan media daring yang silih berganti. Daun berayun menunggu angin. Manusia bergerak menunggu bencana. Dedaunan di depanku sangatlah indah. Berwarna hijau, berbuah dalam bentuk dan warna apapun tetaplah indah; merah, hijau atau kuning, ranum bahkan busuk sekalipun. Penyair tetap mampu lahirkan puisi.

Tinggalkan Balasan