Di antara sebuah sore yang dimiliki manusia, rindu menjadi perayaan atas keterkejutan-keterkejutan kecil yang menyenangkan. Ia menjadi pertemuan. Bercermin melalui kaca jendela kereta yang melaju menuju pemberhentian terakhir. Jejak kaki yang tertinggal di atas peron, sajak yang tersusun pada bangku panjang tempat cerita dan tanya menjadi aduan dan kudapan yang membunuh waktu. Engkau di sore itu pernah memintaku agar koper yang berisi sajak-sajak hasil pertemuan kita, pada sebuah sore yang kumiliki sebagai keterkejutan kecil itu, dibawakannya oleh porter-porter yang menunggu pelanggan. Aku enggan. Meski kau tahu jawabannya. Jangankan sajak-sajak yang berisi hasil pertemuan kita, bahkan jejak-jejak saja, yang kita tinggali sebagai sajak, enggan kubagi jajak. Ia mesti berdiferensiasi sebagai sebuah sajak di antara rima jejak yang meribu jumlahnya. Keterkejutan kecil, yang menjelma menjadi pertemuan itu kemudian, adalah pemberian langit yang menaungi sore sebagai keterkejutan kecil, dengan sisa hujan yang dirayakan secara sederhana, sebagaimana sajak Sapardi mengenai para pecinta yang mencintai kekasihnya dengan sederhana, dengan beragam isyarat.

Tinggalkan Balasan