aldiantara.kata

 

Kata seperti nasib, serumit takdir manusia dari Adam hingga ‘adam, maka rangkaian kata akan selalu segar menjadi takdirnya yg terlahir. Seorang penulis tak akan kehabisan kata, sebagaimana takdir yang menghinggapi kata-kata dan lingkaran nasib yang mengikat manusia seluruhnya, sekaligus.

Aku dan kamu dengan sederhana berbeda. Aku mengoreksi kata yang keliru dengan menghapus kata keseluruhan di atas keyboard lalu mengulang-ketiknya sedari awal, sementara kamu memilih mengganti kata yang salah dengan kata yang seharusnya, melanjutkan apa yang sudah dimulai dari awal.

Aku saja yang memulai, biar tugasmu mencegah agar aku tak menghapus sejarah yang telah terukir sejak awal. Namun tetap membiarkan daun yang bernasib gugur setelah waktunya.