aldiantara.kata
Kata, apalagi? Kata terakhir sebelum kau dipaksa mengakhiri waktu. Meninggalkan kesempatan yang terlambat untuk kau sadari.
Kata-kata, kemudian? Kosakatamu sudah habis jelaskan keadaan? Mengulang ungkapan-ungkapan template.
Kata-kata takkan habis, bila kita tak berhenti mencari. Saat kaupikir habis, saat itu kehidupan berputar pada penafsiran-penafsiran yang sama. Kepada rutinitas-rutinitas yang mudah diterka binatang peliharaan kita. Bahkan mereka tau kita hendak kemana yang menggigil sepi.
Kata-kata, senjata? Bagaimana kamu merayu kehidupan. Sebagai sembahan yang terus kita kejar.
Seseorang yang memanggilmu dengan kata-kata. Seseorang kau butuhkan untuk mendengarkan, tiada.
Tentang nasib, berpencar menyalami setiap orang secara bergantian. Baik dan buruk.
Bagaimana kekasih masih memanggilmu. Apakah tetap melalui angka-angka ponsel yang kau hafal. Pernah menyambangimu lewat mimpi secara tiba-tiba. Kau terbangun, lalu tersadar penuh tanya.
Bila angka-angka tiada, dengan apa ia memanggilmu? Sandi-sandi rumput? Raut marah yang enggan memulai sapaan dan katakan bahwa ia rindu. Titik sensitif yang hendak sekali lagi untuk dijamah. Atau bisikan puas dan ucapan terimakasih yang menyebalkan usai bercinta.
Kehidupan kini bersyarat dan menyebalkan: skor bahasa 550. Tinggi 172 cm. Tentang kualifikasi dengan batas-batas angka. Tanpa menampung makna-makna lain.
Ukuran 10 cm, 14 cm, 20 cm
32 C, 35 D
Standarisasi brengsek. Kata-kata menjadi mandul.
Tinggalkan Balasan