aldiantara.kata
Pejam mata. Badan yang tak bisa rehatkan hasrat. Bibir telanjur tergigit. Nafas keburu memburu. Singkirkan benda asing penghalang! Tanggalkan. Memburu lahan basah. Organ jiwa mana yang meminta padahal. Kerap bertiarap membidik tuju yang tanpa rencana.
Menjilatinya. Menghisap anu.
Mengusap itu. Menampar yang sedang terdampar.
Mengecup ini. Menerus.
Iyakah memanjai dadamu adalah petanda kekanak-kanakan yang boleh kubawa lari pada alam imaji?
Anganku kata, hendak melihat tubuhmu berguncang.
Goyang!
Semua orang suka dirangsang birahinya. Buat urat-urat manusia yang ramai menegang! Tak enak bila dinikmati hanya berdua. Tambahkan es batu, usap sela dada yang mulai mengerang. Campur saja sensasi-sensasi lain biar gaduh!
Nafasmu sudah tak karuan? Tiada lagi pemuas selain kursi-kursi kekuasaan yang tak temukan titik puncak. Harapan yang selalu luruh seperti tetes embun yang jatuh ke tanah, tak tumbuhkan apapun. Atau puaskan dahaga binatang kecil yang kehausan.
Kangkangkan harapan agar pasrah. Sudilah ia takkan mau. Ia butuh mahar. Berupa bejana kenyataan yang buat kita menderita mengejar. Tunggu saja urat-uratnya lunglai lemas. Ia akan mumet lagi diganyang birahi.
Tinggalkan Balasan