aldiantara.kata

Jika suatu kesadaran kita diarahkan kepada suatu hal yang membuat seakan terlahir kembali. Bertahan dari segala sakit, menempuh, mendaki, sesekali harus terombang-ambing tenggelam pada rutinitas yang seakan hendak memadamkan bara api. Ide-ide itu, suatu pencerahan yang membuat sulit untuk tidur saat waktu menunjukkan larut. Sementara kata-kata mencapai batasnya. Fenomena-fenomena yang terlihat, buku-buku yang berada pada rak baca, hingga berita-berita yang berseliwer seakan tanpa jemu, malah semakin menguatkan kepada penunjukkan siapa diri kita. Sejatinya kita belum menjadi apa-apa, meski dengan proyeksi seakan kita sudah tahu untuk apa tujuan hidup, serta slice peran yang hendak diemban.

Proyeksi tersebut, apakah bisa kusebut sebagai Jibril yang memberikan wahyu? Ia semacam pencerahan. Di mana Jibril yang salih tetap terjaga di sisi-Nya, bersujud, tak kenal saatnya matahari terbit atau waktu yang kian larut.