aldiantara.kata
Semut-semut api keluar dari balik tombol Qwerty laptop. “Bisa bisanya mereka mendekam cukup lama di sana?” sebuah tanya nada heran.
Mungkin tertinggal rasa manis remah-remah makanan yang sempat masuk pada sela-sela keyboard-nya? Mereka beranak dan membuat sarang, bertelur dan berjumlah tak terhitung jari.
Laptop menyala, mesin semakin panas, lalu sebagian keluar mencari tempat teduh dari ‘mesin’ yang siap menghanguskan masyarakat mereka.
Mengapa semut-semut api berada di sana. Mengikuti bau gula, di mana ada gula, (tanpa pikir panjang) di sana semut-semut berlari dan mengajak koloninya. Di sana ada tren, di sana ada masa? Ada berita viral apa hari ini.
Semut api menjadi semut air, setelah mereka tak bisa berenang, di atas meja warung kopi, di atas genang air es kopi gula aren yang sudah mencair.
Di mana ada tren, di sana…? Apa?
Tanpa berpikir panjang, tenggelam pada tradisi dan tren masa kini. Sebagian menjadi jenuh dan jengah, panas lama-lama berita bejibun dan teknologi ‘menghanguskan’ kemanusiaan kita.
Tinggalkan Balasan