aldiantara.kata

Bintang melintang, horizontal, titik, ternyata adalah lampu malam yang kulihat nun jauh.
Sesekali cahaya-cahaya melesat, melampaui stasiun-stasiun kecil. Di sini, di kereta Jayakarta.
Ada sayup-sayup memanggil, agar segera saja pulang, memeluk Ibu dengan manja. Mengalihkan suasana sendu dengan canda, berbasa-basi menanyakan apakah ada genting bocor, atau semut-semut yang enggan mencari sumber gula agar segan memamah jatah masakan Ibu, atau perihal musang yang tak lagi nampak di kawasan industri berudara buruk, atau perihal bingkai foto baru yang terpajang pada dinding dengan cat baru, atau rak buku dengan letak berbeda, di mana pertanyaan-pertanyaan itu, sambil kusapu wajah Ibu dengan air mata. “Kau tak lupa jalan pulang, Nak?”