aldiantara.kata

Aku datang, kota lama. pintu beranda masih terbuka. aku tak mengetuk mengucap salam. engkau terbaring merebah, selimut terlihat acak di sofa, serta televisi yang lupa kau kecilkan suaranya.

potret gambar buram, udara yang mulai panas, pengembara-pengembara asing, jalan ngaliyan. apa udara mengenaliku, yang tiba menyibak tirai membunyikan lonceng angin. vas bunga dengan debu yang menebal. ada kehampaan. tau kah ngkau itu? ia hinggap pada punggung jemari. tak terkatakan bahkan dengan duduk meminum air, sembari berusaha mengingat-ingat. lagu seniman jalanan, petik yang terdengar sunyi. serta pedagang lalu lalang yang membawa kembali jualan pulang.
lampu-lampu syahdu seperti biasanya. langit malam sedikit gerimis.

syair-syair Pablo Neruda, serta tulisan-tulisan yang belum selesai diterjemahkan. pemandangan apakah gerangan dalam imaji yang menemanimu menuju pejam? Ia nyaris takkan kau ingat, begitu cepat. bahkan tak sempat kau masukkan pada keranjang wishlist, yang terlanjur habis membeli lauk dan kuota. Singgahlah di kota lama, menjadi asing, menjadi tak terjamah, menjadi alunan saksofon, menjadi puisi yang tertulis pada bait-bait ingatan yang tak terucapkan. menjadi pesan yang dikirim kepada seseorang yang jauh. menjadi pesan dari hati, yang dialamatkan menjadi doa, serta foto lampiran yang terambil tak presisi. sebelum kota ini menjadi dingin dan siluet yang memburu waktu fajar. bait-bait ini kutitip pada jeruji kendaraan yang masih berlalu lalang, yang berupaya mengejar rumah tempat seseorang menabung rindu dan tidur yang paling lelap. agar berhati-hati dan sampai pada tujuan muasal.