aldiantara.kata

Lagu mendung tanpo udan, terulang, berkali-kali. Seorang kawan harus lekas tinggalkan kota. Sementara tanah kelahirannya yang tak menjanjikan apa-apa padanya. Mari pergi ke kedai kopi, tanpa agar atau supaya. Kita pergi saja seakan bukan suatu jamuan terakhir. Mengingat kopi yang tersaji pada malam di mana rembulan terbit sempurna.

Pada malam itu, tawamu adalah yang kuperhatikan disela lamunan. Aku berpikir, bila tertawa adalah suatu kekayaan, maka manusia sudah kaya berkali-kali. Apakah nikmat semacam itu selalu terlintas pada benak kita, yang selalu melalu. Anggapnya sepele. Tanpa tuntas berucap syukur.

Hujan. Buat orang terhenyak sejenak. Beberapa detik lakukan perenungan. Puisi paling sederhana tercipta manakala hujan. Namun sayang sekali, acapkali tiada waktu lagi upaya untuk mereka tuliskan. Semua bermuara pada benak kemudian tenggelam dalam ribuan rintik.

Hujan dan bulan madu. Turunlah hujan pertama pada awal pernikahan yang sendu. Gerimisnya suatu hal yang syahdu. Kekasih, kapan kita saksikan hujan pertama kita, sementara tubuh kita yang telah kewalahan dihujani banyak kecupan.

Aku masih menyukai hujan.

Sebab hujan tak butuhkan agama untuk membuat orang bahagia. Apa agama hujan? Jatuh memeluk bumi yang sepi. turun menciumi punggung bumi yang resah.

Rimis-rimis rintik. Jangan dulu henti. Sebab aku akan kembali tenggelam pada jemu rutinitas.

Setiap hujan, setiap itu pula manusia menggubah puisi, yang tak kunjung menjadi kata dan bait.

Ada keadaan genting di mana hujan turun tiba-tiba. Ada rindu yang menggenang kala kekasihmu tiada di sisi.

Hujan tempat cerita

Hujan menderas.  Cerita-cerita tersampai dengan setengah teriak. Problema-problema yang tak butuh jawaban segera. Ia hanya harus disampaikan kepada orang yang tepat. Kepada siapa yang hendak dengan tulus mendengarkan.

Hujan deras, berarti ada banyak orang yang sedang bercerita.

Namun tanyamu bahwa kini sudah reda. Kau memintaku mendongak ke langit, bulan dan sinarnya di balik ranting-ranting pohon. Sadarkah bahwa aku menjadi jelma serigala yang siap menerkam sepimu.

Nyatanya tidak ada apa-apa malam ini. Kesedihan tetap mengorbit pada bayangan yang selalu mengikuti diri. Serta ucapan selamat tidur yang terlambat untuk kubalas.

Kau bisa tertidur? Meski dengan segudang tanya yang telah menjadi abu?