aldiantara.kata

 

Hujan di malam mulia. Siapa yang menang, Tuan.

Hujan di malam mulia. Tak usah bangunkan orang hingga kepayahan. Biar mimpi sempurna adalah sebaik-baik nyata yang sementara.

Sementara Tuan nampak undur mengundur jadwal pengumuman pemenang. Sudah jijik dengan yang pamer? Meski Tuan kaya, subscriber Tuan tak akan pernah lampaui juragan di kampung kami, yang pongah dan merasa dermawan.

Hujan di malam mulia, Tuan belum terlelap tidur. Apa volume deras tuan yang atur, mematah asa pencari Tuan pada malam-malam ganjil.

Penghujung bulan. Apa benar mereka mencari kemuliaan.

Hujan di malam mulia. Orang-orang sibuk berjudi, manusia silver gigil menggigil menahan getir. Musafir sudah jalan jauh, disuruh putar balik setelah kehilangan pekerjaan. Tangis dibawa pudar asinnya oleh hujan polusi pabrik baru, sedikit asam. Dibawa genang mengalir tak tentu hilir.

Hujan di malam mulia. Jangan dulu mereda. Tuan sungguh pandai mengatur jadwal. Rumah-rumah Tuan ramai begitu. Serukan puji-pujian. Melempar dadu peruntungan. Hujan memekakan telinga dari lolong kesakitan tak pernah melahirkan umpatan.

Aku tak sedang menjual air mata. Sudah barang tentu aku bukan wasit perjudian, sebab perjudian kerap tak membutuhkan pengadil kehidupan.

Suatu sore aku melewati petak lembab, dihuni janda anak satu, menunggu maghrib. Membaca dengan lirih surat pesanmu. Dibalik pintu yang t’lah lapuk tipis. Terdengar sedang meringkuk membaca kitab suci. Seakan surat-surat Tuan hanya ditulis untuknya.

Sudahkah Tuan selipkan sari-sari buah pada alif, kudapan surga pada ba’, serta gandum pada ta’. Tuan pemberi rizki.

Gadis-gadis kecil di depan rumah pada pagi hari masih antusias melingkar menalar hafalan surat-surat pendek. Sementara banyak penghuni rumah masih terlelap kekenyangan. Daku seperti melihat mereka menggantungkan tsa’ dan jim pada langit-langit. Mengusapi burung beterbang. Menghinggapi teduh pohon serta memegangi perut cupang yang lupa diberi makan pemelihara. Udara-udara mengandung berkat. Tidak pilih milih siapa menghirup.

Hujan di malam mulia, menderas di tengah daras kitab suci. Sudah lama menunggu penerobos hujan, yang membagi-bagikan zakat sebelum waktunya. Cepat, cepat. Bagikan zakat sekarang. Biar habis nanti kita iuran lagi. Hak mereka pada harta khalayak berlebih. Mau saving sampai berapa banyak?

“Lindungi orang-orang di Palestine, Ya Rabb”, sementara tetanggaku sama berimannya, juga butuhkan jamuan dan perlindungan.

Salamun, salamun. Hingga terbit fajar.