- Jiwaku mengajar dan mendidikku untuk mencintai apa yang orang lain benci dan menjadi teman bagi siapa yang dicaci-maki. Jiwaku menunjukkan pada diriku bahwa cinta juga merasa bangga terhadap dirinya, bukan hanya orang yang dicintainya. Lebih dari itu, juga kepada orang yang mencintainya. Sebelum jiwaku mengajariku, cinta hatiku seperti benang tipis yang terikat pada dua pasak. Tetapi kini cinta telah menjadi sebuah lingkaran keramat yang permulaannya adalah akhir, dan akhirnya adalah awal. Cinta itu mengelilingi setiap makhluk hidup dan perlahan-lahan berkelana kemana-mana, memeluk siapa saja yang dapat direngkuhnya.
- Jiwaku mengajariku dan mendidikku untuk mendengarkan suara-suara yang tidak terucap oleh lidah, taring, dan bibir.
- Kemarin kita menunduk-nunduk pada sang raja dan menundukkan kepala kita di hadapan sultan. Tetapi hari ini kita tidak menaruh hormat kecuali kepada kebenaran, dan tidak mengikuti seorang pun kecuali keindahan dan cinta.
- Kita adalah pikiran diam yang tersembunyi di pojok-pojok kelupaan.
- Aku juga bertanya, adakah di bumi ini orang yang tidak menyembah kata-katanya sendiri?
- Masih banyak lagi suku dan marga pembual yang jumlahnya tak terhitung. Yang paling aneh menurutku adalah suku penidur yang anggotanya selalu membuat onar dunia dengan dengkurannya, dan ketika bangun, selalu berteriak-teriak, “Betapa terpelajarnya kami ini”
- Seorang cendekiawan tidak dapat menjadi orang yang bersih sekaligus cerdas.
- Untuk apakah buku-buku dan berlembar-lembar catatannya yang membusuk dan segera menjadi debu itu? bukankah dia lebih baik bekerja sebagai pembantu, misalnya membantu seorang sopir, sehingga kesehatannya terjamin dan hidupnya lebih berguna?
- Akankah datang suatu masa ketika alam menjadi guru bagi manusia, kemudian manusia menjadi buku-bukunya dan kehidupannya menjadi sekolahnya?
- Bagaimana mungkin kemanusiaan hidup dapat memperoleh pengetahuan jika jiwa belum bebas dari ikatan dunia?
- Tidakkah diamnya malam meninggalkan sebuah lagu di kedalaman hati yang paling dalam dengan harapanmu untuk menemui sang fajar?
- “Wahai sang pecinta, di manakah aku bisa memperoleh ketenangan hati? Aku dengar dia datang bergabung denganmu di sini.”. dan sang putri cinta menjawab, “Ketenangan hati telah pergi menasihati pengikutnya, dimana ketamakan dan korupsi menjadi prioritas. Dan kita tidak membutuhkannya.” Keberuntungan tidak butuh ketenangan hati, sebab dia adalah harapan duniawi, dan hasratnya dipeluk oleh penyatuan dengan objek. Sementara ketenangan hati itu sia-sia, namun sepenuh hati. Jiwa yang abadi tidak pernah terisi, ia hanya mencari kemuliaan.
- Wahai manusia, perempuan itu adalah refleksi dirimu, dan apa pun engkau, di mana pun kau hidup, dia hidup. Dia laksana agama, dan jika tidak ditafsirkan oleh orang dungu, dia bagaikan bulan di saat benderang, dan laksana angin sepoi-sepoi andai tidak diracuni oleh polusi.
- Manusia dan aku adalah sepasang kekasih. Aku rindu padanya dan dia pun merindukanku.
- Kekasihku mencintai diriku. Dia mengatakannya padaku, tapi dia hanya menjumpaiku dalam tindakan Tuhan. Dia mencariku dalam gudang besar kemuliaannya yang dia bangun di atas tengkorak penderitaan orang lain. Dia juga mencariku di antara timbunan emas dan peraknya, tapi dia hanya dapat menemukan diriku dengan datang ke rumah kesederhanaan yang telah Tuhan bangun di atas gundukan aliran cinta.
- Aku akan memperkaya jiwaku dengan semua rasa cintaku. Kekasihku telah mengenali kegegeran dan kegemparan dari musuhku, yaitu benda. Aku akan mengajarinya meneteskan air mata dan kasih sayang dari padang-padang jiwanya melalui air mata keluh kesah kesenangan yang diungkapkan. Manusia adalah kekasihku. Aku ingin mereka memiliki diriku.
- Orang-orang yang menulis dengan tinta itu tidak seperti orang yang menulis dengan darahnya hati. Diam yang tercipta karena rasa bosan itu tidak seperti diam yang terwujud karena rasa sakit. Adapun aku, aku diam karena telinga-telinga manusia telah lari dari kaum lemah dan dari rintihan mereka. Manusia telah memperuntukkan kesenangan hawa nafsu dan hingar bingarnya, sedangkan hikmah-hikmah bagi orang yang lemah adalah diam ketika orang kuat yang berusaha berbicara tentang segala yang ada. Itulah orang kuat yang tidak rela dengan sesuatu selain meriam-meriam sebagai lisan, dan tidak menerima dengan selain bom-bom sebagai ucapan-ucapan.
- Alam telah kembali kepada fitrahnya yang suci murni, karena itu apa yang telah dibangun oleh generasi-generasi umat manusia berupa ilmu dan seni telah dirobohkan oleh manusia yang menuruti ketamakan dan hedonis. Karena itu keadaan kita hari ini adalah keadaan para penduduk goa yang tidak membedakan kita dengan mereka, kecuali alat-alat yang kita jadikan sebagai sesuatu indah untuk meruntuhkan, dan kecerdikan untuk menghancurkan.
- “Dan sesungguhnya aku, meskipun aku telah menjadi bagian paling akhir zaman, aku pasti datang dengan membawa segala sesuatu yang belum bisa dilakukan oleh orang-orang terdahulu.”
- Kini pandanglah aku, yang hanya berupa seuntai kata yang maknanya sangat samar dan membingungkan. Ia sering kali tak memiliki makna. Namun, seringkali pula ia mengerami jutaan makna.

Tinggalkan Balasan