Aku kurang percaya diri untuk mengungkapkan sesuatu di depan khalayak. Sejak bangku sekolah dasar, Ibu memberiku sebuah buku diary terbitan Mizan untuk anak-anak yang berisi mengenai catatan sehari-hari. Teringat hingga kini melalui buku itu aku berbicara mengenai diri, keseharian, hingga binatang peliharaan.

Kuiisi hingga penuh dari awal hingga akhir.

Kala itu rasanya menyenangkan mampu menuangkan apa yang aku pikirkan ke dalam suatu tulisan.

Hobiku bukan menulis, karena dahulu menulis bagiku berarti meniru. Aku senang sekali melihat buku tulis sehalaman penuh, apalagi sebuku penuh. Kutiru gaya tulisan teman-teman sekolahku. Dua baris awal terlihat rapih. Selanjutnya berantakan. Kuganti dengan gaya tulisan yang lain.

Ketika tulisanku mulai terlihat jelek. Kucoba gaya yang lain dari mulai huruf biasa hingga huruf sambung. Aku bisa meniru semua namun juga tak berlangsung lama.

Menumpuklah buku-buku tulis kosong milikku yang terisi hanya satu hingga tiga lembar, tentu dengan gaya tulisan yang berbeda-beda. Hahaha.

Karena jengah, aku harus memutuskan gaya tulisku untuk waktu yang lama. Selang beberapa waktu kemudian maka kuputuskan untuk memilih suatu gaya tulis. Jengah tak menemukan tempatnya di hatiku, giliran rasa pegal bertamu. Pinggir telunjukku sampai bengkak bila menulis lama-lama. Padahal ide dalam alam pikiran belum semua tertuang.

Dalam masa tulis tangan, coret-coretan bercecer di banyak buku tulis. Jarang sekali rasanya menghabiskan satu buku tulis utuh khusus untuk tulisan-tulisanku. Memang sih, karena tidak banyak yang kukerjakan. Haha.

Kejadian sepele, pengalaman suka-duka, cinta-benci, membentuk suatu tulisan yang tak jelas kategorinya. Sedikit puitis, bukan cerpen, bukan novel, bukan opini, juga bukan esai, atau bentuk-bentuk baku lain. Katakanlah aku menyebut tulisan-tulisanku sebagai diary: catatan.

Setelah berakhir masa tulis tangan, yang diawali dengan era laptop dan medsos. Dengan sedikit ketidak-percaya dirian, aku penasaran ingin membagikan tulisan-tulisan pada teman-teman di Facebook. Khususnya di grup jurusan perkuliahan.

Ah, semakin bercecer tulisan-tulisan yang sekarang justru entah kemana. Meskipun pada akhirnya ketika tulisan tangan ditemukan, aku sendiripun enggan membacanya lagi. Geli. Hihi.

Daripada dalam waktu yang tak tahu kapan mati tak tinggalkan apa-apa, setidaknya ada sesuatu yang kutinggalkan. Blog inilah muara pikiran berlabuh. Blog yang kuanggap sebagai “big diary”.

Agar gagasan ketjil, pengalaman, dan semua yang dialami tidak menguap begitu saja. Melalui blog ini aku tidak usah mengganti banyak buku tulis, repot-repot mengganti gaya tulisan, dan tidak menyebabkan telunjuk tangan membengkak.

Namun aku juga masih mempertahankan tulisan tangan. Kalau mengisi pulsa, stroom token listrik, hutang teman, mengajarkan adik tambah-kurang-bagi-kali matematika dasar, atau rajah mahabbah untuk menggaet pasangan. Hehehehe.

“Big diary” ini  terdapat tiga kategori, di antaranya terdapat puisi, bilik refleksi dan bukan sinopsis. Ketiganya tentu tidak lepas dari life circle-ku sendiri. Puisi dalam blog ini kadangkala berbentuk paragraf. Entahlah, aku tetap hendak menamainya sebagai puisi.

Bilik refleksi berisi tulisan-tulisan reflektif; curhat. Sementara bukan sinopsis, berisi tulisan hasil pembacaan pribadi terhadap buku-buku yang kubaca. Kunamai ‘bukan sinopsis’ karena aku tidak mau terikat dengan aturan-aturan formal.

Blog ini sangat cocok bagi kaum rebahan, karena selain konten blog ini tak memiliki daya gugah, juga tidak merangsang daya intelektual apapun. Jangan berharap apa-apa dari blog ini.

Anggap saja sedang mengaplikasikan cara baca cepat atau mengisi waktu-waktu luang. Blog ini juga sangat cocok bagi penderita insomnia, tanpa harus menyelesaikan satu tulisan secara tuntas, dengan sendirinya akan mengundang kantuk.

Senang rasanya bila pembaca dapat mengajariku tip dan trik seputar ide-penulisan pada blog ini. Terimakasih sudah menjadi pembaca blog sederhana ini. Jangan lupa berbagi tulisan ini kepada kerabat kalian. Heuheuheu. Blog ini kanvas kehidupan yang dapat dibawa kemana pun. Tidak hanya tulisanku, kanvas ini juga memuat tulisan teman-temanku. Selamat membaca, teman.