Manusia hidup dengan mengikuti rangkaian deja vu berserakan. Setiap peristiwa menuju peristiwa lain dilalui dengan usaha aktif, namun pada akhirnya kembali pada deja vu yang telah lewat. Manusia kelak terlahir menjijikan. Wajahnya sudah dipenuhi janggut dan kumis. Rambut berantakan sebagiannya beruban. Sikap arogan. Tangan memeluk tubuhnya sendiri. Perangainya buruk, suka memerintah, dan serakah. Tangisannya adalah umpatan-umpatan dan tipu daya. Feses dan urine tercecer di mana-mana. Manusia lahir banyak yang menghampiri, menyaksikan bayi merah tersebut menimbun banyak makanan untuk dirinya sendiri. Terkadang bersikap layaknya tiran. Orang tuanya mendidik agar kehidupan semakin membaik. Mengajarkan cara merawat rambut agar bersih dan terlihat rapi. Merapikan janggut dan kumis. Bersikap rendah hati dan bekerja keras secara efektif. Diajarkan agar manusia dapat mengolah sampahnya sendiri. Termasuk mengolah feses dan urinenya. Berbagi makanan kepada sesamanya. Menurunkan standar hidupnya di tengah arus konsumerisme. Melaksanakan amanat pemerintah untuk ‘Wani’ (Wajib Petani) selama 3 tahun. Serta melakukan ekspedisi mengelilingi seluruh wilayah negaranya dengan berjalan kaki. Berjalannya waktu, rambutnya mulai menghitam serta kulitnya mulai halus. Semakin manusia dibekali pengetahuan perawakannya semakin lucu dan menggemaskan hingga menua. Manusia lahir untuk menjadi kecil, lucu dan menggemaskan. Siapapun manusia yang tetap dalam keadaan bebal, sejak merahnya dari kelahiran hingga tua pun akan tetap terlihat tua. hal tersebut menjadi aib. Dan…blup!!! Manusia yang mati menjadi buah. Ada yang melon, semangka, mentimun, dan lain-lain.
Tinggalkan Balasan