Sumber Gambar: Pixabay
Kutjing oranye malam ini kepalanya menengadah ke atas pohon mangga. Tikus-tikus di perkotaan kini lebih besar dari badan kutjing. Semakin banyak saja jumlahnya. Entah pada pukul berapa mereka berkembang biak. Kutjing hanya melihat dari atas tempat sampah ketika tikus memamah sisa-sisa makanan manusia.
Kos tempat tinggalku sederhana. Biasa-biasa. Sebelahnya ada penginapan ekslusif pelancong yang datang jauh dari luar kota berwisata. Suara debur air kolam renang malam-malam terdengar mengejek para pelajar yang kini sedang sibuk mengerjakan PR. Sementara sebagian pelajar kampus tangannya bergerak sendiri selesaikan penelitian ber’deadline’.
Dik, adik-adikku. Lebih baik tak usah kuliah dulu. Temukan terlebih dahulu hal apa dalam hidupmu yang kau suka. Kini sepertinya kampus tak benar-benar menghargai penelitianmu. Yang dipedulikan adalah uang registrasi, akreditasi kampus, membidik citra baik, mencari mahasiswa yang sebanyak-banyaknya. Percuma kau resah karena problem akademik penelitian yang belum jelas. Membidik gelar kini dapat dikalkulasi biayanya lewat brosur. Jalani saja dengan mata terpejam, selain gelar juga akan dapat teman-teman yang banyak. Kampus ingin mahasiswanya lulus tepat waktu agar akreditasinya terjaga.
Aku bayangkan ada suatu kampus 40 tahun! Yang tidak mudah memberi gelar. Meneliti problem akademis dengan matang. Bantahan. Penelitian ulang. Bantahan lagi. Lakukan kembali penelitian. Pelajar kampus yang sudah tuntaskan sidang tugas akhir kini cenderung meresahkan acc para penguji yang tak kunjung ditandatangani dibanding penelitiannya sendiri. Meneliti, muak, lalu tetap berani melanjutkan jenjang kuliah. “Ada saran judul penelitian?” masih ada yang bertanya. Atau, “Jangan bahas penelitian lagi, terpenting adalah menyelesaikannya.”
Dik, adik-adikku, kalau sudah temukan passion, pengembaraan hidupmu, mendalami apa yang kau suka, kuliahlah. Masuklah dengan membawa kepala-kepala yang sudah disesaki bejibun pertanyaan. Karena kuliah bukanlah kewajiban. Sebab kita manusia, tidak mesti kita harus runtut, dengan dunia ini membiarkan mengontrol kehidupan kita. Buku-buku yang kita baca tidak berafiliasi pada suatu kampus tertentu. Membacalah dengan penuh kesadaran. Apapun.
Pada sebuah program reality show di salah satu stasiun televisi swasta. Acara Garis Kaki. Membantu para kandidat yang ikut berpartisipasi pada acara tersebut mencari jodohnya, berikut membeberkan sifat dan rahasia masing-masing kandidat sebelum masuk ke tahapan serius. Para kandidat lelaki berada di sisi barat dan perempuan di sisi timur dari layar kaca. Ada konflik, drama, atau mungkin settingan di dalamnya. Aku malah berpikir bahwa sebagian dari para kandidat itu tentu memiliki gelar-gelar akademis yang beragam.
“All human under control” tulisan pada dinding jalanan kota. Semoga soal cinta dan lukanya sekaligus.
Tinggalkan Balasan