aldiantara.kata
Menjadi brengsek, adalah ilmu hidup yang tak kita pelajari di sekolah. Keadilan yang kita pelajari, justru melahirkan pemeras. Preman berkedok aparat.
Kesetiaan tak perlu kita gaungkan. Seorang yang mengaku setia bak selembar tisu tipis yang menunggu jatuh pada genangan air, air ludahnya sendiri.
Sayangnya banyak orang yang senang saling bertukar saliva. Lenguh nafas tak beratur, serta keadaan yang memaksa untuk melanjutkan. Diantarakata mu yang liar. Kuterima dengan dada sesak.
“Kau tak brengsek. Bukan nasibmu yang buruk. Kau dicampakkan!”
Tragis. Pria yang seatap langit dengan kekasihnya namun tak bisa saling bertemu. Membincang takdir yang dianggapnya semu.
Apa brengsek yang ditekuni membuat seseorang menjadi bijak dan menduduki posisi yang penting?
Lagu sendu menjadi hipokrit. Kesedihan palsu.
Siapkan movie-movie komedi. Jangan beri ruang kepada rasa sesal, menunjukkan jalan pulang, yang sebetulnya adalah kesedihan-kesedihan lama yang kita sebut kenyamanan. Kita adalah kebrengsekan. Makhluk kamil yang pandai membohongi nurani.
Unggah status-status palsu berisi emoticon bahagia. Meskipun harus bertukar dengan rokok yang dihisapi dengan panik, sedikit buru-buru, serta anggur sebotol yang tersisa setengah. Cawan yang penuh keringat melawan rasa malu.
Lanjutkan kampanye. Pidato sudah dibuka dengan salam dan basmalah. Makhluk yang bertuhankan ambisi dan ketakutan akut. Beri janji sejahterakan. Kita adalah kebrengsekan. Jangan berpura-pura berprikemanusiaan. Sementara hati berselimut tamak.
Pun juga aku, aku dalam aku. Aku mengaku aku. Ketuhanan Aku. Bagaimana cara aborsi agar menghentikan janin-janin kebrengsekan yang tak henti berproduksi.
Tinggalkan Balasan