aldiantara.kata

 

Sore. Anak lelaki ketjil membantu ibunya membereskan bekas piring pelanggan. Sepasang kekasih berlalu tinggalkan resto bergandeng tangan berjalan kaki. Manusia berlalu, binatang datang. Binatang pergi aku kemanusiaan.

Pembual bercerita. Isi ceritanya berisi kebohongan-kebohongan, dirajut dengan tatapan yang meyakinkan. Khalayak pendengar kenyataannya ada yang terinspirasi dari sang pembual. Siapa tau, siapa mau tau. Pendengar yang mendapat pencerahan inspirasi dari sang pembual menciptakan realitas senyatanya yang berpijak pada cerita bohong.

Teruslah berbohong. Yakinkan pendengar bahwa ketulusan mengalahkan benar dan salah. Dalihkan saja ada maksud mulia dibalik setiap tindakan. Tulislah lalu terbitkan sebuah buku. Suarakan kepada publik agar terus membaca, meski dari buku-buku yang salah. Siapa peduli.

Tulisan yang bagus tak banyak diekspos. Sebuah ide menjadi utopis lalu berubah jadi air ludah. Terinjak-injak. Mengering. Tak satu pun yang cium baunya. Tulisan buruk kenapa kini menjadi headline? Penuhi portofolio, pajang nama agar mendapatkan “aku” peng“aku”an.

Pedagang nama, penjaja citra. Kini nama memiliki kelas dan gengsi. Daya magis, komersil.

Kebenaran adalah kebohongan yang tumbuh dengan pupuk kekinian. Sementara itu, kebenaran yang lain dianggap kebohongan. Menakutkan. Jangan kau ekspos. Hadang! Ringkus. Habisi. Jangan ada satu pun suara nyamuk. Tepak!  Tetap menjadi suara alternatif, dianggap penyakit. Nyeleneh. Bubarkan. Bising, perusuh yang rusak suara mayoritas. Tak normal. Jangan melawan arus. Tutuplah menggunakan selimut takut. Tetaplah senyap. Hening.

Berpura-pura tak tahu. Tertawa agar tak terlihat canggung dan melawan. Penyusup.

HAHAHA. Aku sedang berbohong. Aku pembohong. Pembual itu. Membusuk, diantarakata.