aldiantara.kata
Melihat di kerumunan orang pada berjalan, sedikit yang sendirian, banyak yang berpasangan. Obrolan saat-saat berjalan tak terdengar, suara musik yang nyaring. Manusia takut dengan nyanyi sunyi. Semua berpakaian dan bergincu. Tidak ada kesepakatan harus menggunakan warna baju apa. Kedai makanan tawarkan tempat bersandar.
Mataku berada diantaranya. Menjadi cctv yang senang melihat bagaimana manusia berjalan dengan apa yang berada di pikirannya.
Ternyata Tuhan kini tidak menciptakan manusia dengan sempurna, sampai sudah menjadi takdirnya bayi-bayi merah sudah dibekali gawai. Gawai merupakan organ tubuh manusia yang tak sempurna dibekali Tuhan sejak lahir. Bukan lagi tangan kekasih hangat didekap. Sebab gawai, cetek sekali mood seseorang berubah.
Mata meminjam kenyataan, melihat sekeliling, kemudian perasaan yang menafsirkan tanpa mau memberitahunya.
Keberpasangan, dinilai orang mereka berpasangan yang nampak jodoh. Diantara pasangannya yang saling menjaga dan berbuat baik. Berbuat baik tanpa disadari. Direstui?
Bayang hitam putih. Terlihatnya. Apakah ini untungnya manusia tak mengetahui takdir mereka sendiri. Bayang hitam putih lalu berpisah, menjalani jalan hidupnya masing-masing. Hitam dan putihnya masing-masing. Setelah mereka yang pernah mesra dan saling mengasihi. Suatu yang disebut cinta mengendap, di lorong rahasia.
Senyuman seorang kekasih hinggap pada telapak tangan, sebuah kecupan membuatnya abadi.
Bayang hitam putih tak terlihat. Kaupikir percaya dengan seseorang yang hidup dengan satu cinta? Ia selalu punya masa lalu.
Jangan diusik, tak ada manusia pun yang mampu lihat bayang hitam putih keberpasangan. Bila terpaksa kau usik, kesimpulan hanya menjadi prasangka, kesesuaiannya adalah kebetulan.
Senyuman-senyuman yang tak kuasa untuk dibalas, kebaikan-kebaikan yang telah diberikan tanpa sanggup berbalas budi, ucapan terimakasih yang belum terucap. Terimakasih telah menjadi bayang hitamku, takdir putihku. Kita berpisah dan menjadi lagu-lagu semesta yang tak sama.
Tinggalkan Balasan