Penulis: Nenynenok

Puisi-Puisi Nenynenok #3

Oleh: Nenynenok

 

Sepucuk Asa

Geram
Kelam
Bungkam
Membisu tanpa kata
Diam beribu bahasa
Hangat
Perlahan melekat
Merasuk mengikat
Bubuhkan pesan tersirat
Apalah daya
Semua tiada guna
Terkapar
Jiwa tak mampu mekar
Pucuk asa kusut merengkut
Selimut rasa takut
Semangat seakan hanyut

 

Kicau Kemakmuran

Derai sepoi berhembus melambai
Gemercik syahdu tetesan suci
Kicau kemakmuran sang pertiwi
Terhentak busungkan dada
Pampongkan limpah alam isinya
Samudra bak harta surga
Jajaran terbentang sejukkan jiwa
Permata mutiara bagai lambangnya
Kicauan kemakmuran sang pertiwi
Terdengar lantang hingga pelosok negeri
Seakan membiuskan pesona
Secuat asa terbingkai untuknya
Tersirat jelas dalam lubuk jiwa
Biarlah kicau terus menggema
Ketika alam terjaga
Masa depan telah tertata

 

Sang Dalang

Romantika awang-awang
Aku hanya sebuah wayang
Terselip dalam rahwana rumpang
Kencana sang dewi melayang
Sedang kau adalah dalang
Balik dari semua layang-layang
Kau buatku terbang
Saat aku sudah jatuh dan terbang
Kau tetap dalang
Gerakku dalam cerita ompong
Tak bergigi dan bohong
Tapi, kau tetap dalang

 

Igauan Kosong

Jantungku berdegup perlahan
Membawa kebuntuan dan kebencian
Benci karena segalanya masih igauan
Mimpi tak henti, tangis bercucuran
Semilir angin malam menyadarkanku
Pada kenyataan yang hanya menghancurkan harapan
Kala sang fajar telah datang
Burung pun berkicauan terbang telanjang
Dan semua ilusi itu telah hilang
Riak bulan becanda
Kala derita sirna
Nuraniku pun bertanya
Saat harapanku sirna
Masihkah tuhan mendengar hambaNya
Atau aku yang terlalu sibuk dengan sebuah ilusi
Yang membuatku terkunci dan tak dapat berlari
Dari igauan kosong ini

 

Harapan Ilusi

Segenggam cahaya
Harapan,tekad, niat
Dalam waktu berdetak
Mengoyak kisah hati
Saat peran berkutik
Yang menggoyahkan putih kisah
Dirimu, dirinya
Yang berharga dalam skenario
Aku, aku, aku
Dan hanya teman dalam hitam, dirimu
Teman nyata, musuh ilusi

Pinta

Aku bersimpuh
Mengadu rasa yang meluruh
Saat langkahku mulai melumpuh
Jiwaku tertatih penuh peluh
Nafasku kian memburu
Memuja lembut asmaMu
Jantungku berdetak
Mendenyutkan lantunan kalbu
Dalam sepertiga malamku
Tak pernah hatiku layu
Mengharapkan ampunanMu
Teriringi dalam ridhaMu
Dalam nirwana dunia dan akhiratmu

 

Sejuta Mimpi Dalam Sunyi

Sepi, lengang
Sejauh mata memandang
Hanya terlihat rumput ilalang
Menyisakan gemersik daun
Tertiup angin lalu melayang
Dalam sunyi aku berlari
Menjerit pilu berbalas sepi
Hingga akhirnya aku tersadar
Aku perlu sejuta mimpi
Biar angin menyapa
Walau badai melanda
Aku kan tetap ada disana
Merajut asa demi asa
Mengempaskan luka yang tersisa
Demi sejuta mimpi dalam sunyi

 

Secercah Harapan

Kata senja datang menyapa
Membawa sejuta asa yang tercipta
Kurangkai kisah menjadi sebuah cerita
Saat angin kencang perlahan menerpa
Tubuh merapuh
Terseok bahkan terjatuh
Dan langkah pun semakin berat untuk menempuh
Namun asaku takkan pernah terbunuh
Sebuah tammanni
Berharao menjadi tarojji
Bersama asa dan mimpi
Hadapi realita
Tinggalkan fatamorgana
Ada saatnya
Mengeja tawa bersama.

Puisi-Puisi Nenynenok #2

Oleh: Nenynenok

 

 

Kepercayaan

Sebuah daun akan robek jika dirobek
Sebuah air akan habis jika diambil
Sebuah kertas akan hangus jika dibakar
Seperti itulah perumpamaan kepercayaan
Dibohongi dan membohongi
Dikhianati dan menghianati
Dipercaya dan mempercayai
Disakiti dan menyakiti
Dalam ucapan kau dapat menyakiti
Dalam perbuatan kau dapat melukai
Dalam kehidupan kau dapat membohongi
Dalam perjalanan kau dapat mengkhianati
Luka dalam kepercayaan
Tergores oleh kesedihan
Terlampau oleh perbuatan
Tercipta dalam perkataan
Kekecewaan dalam kehidupan
Tersentuh oleh keberadaan
Terluka oleh percikan
Terkulai dalam persoalan
Kepercayaan menjadi ujung
Kesatuan menjadi awal
Sudah tergores oleh kenistaan
Sudah tersakiti oleh kepercayaan

 

Mengganti Yang Ada Mungkin

Kadang hati masih inginkan yang lebih
Otak pun tak sependapat dengan hati
Lantas apa yang harus dipahami
Kalau jiwa saja masih ragu dengan diri
Masihkah ada sisa?
Untuk menghapus separuh luka?
Sebuah penghapus luka tanpa merubah
Mengganti yang ada dengan harapan
Aku masih sama, dengan doa yang tak usai
Jika suatu masalah selalu terasa melilit
Memenjarakan kebahagian tanpa berjanji
Lepaslah lilitan masalah ini menuju jalanmu
Kau tak nampak sekalipun
Namun, pujianmu yang merdu
Hatiku ingin luruh
Hatiku ingin lurus
Hatiku berharap lega
Hatiku tak ingin mengganti yang ada

 

Kembalilah

Tanggalkan sejenak
Sayap pengembara hidup
Kala sinar matahari perlahan tenggelam
Mulai mengalun melodi sunyi
Yang terucap bak tutur kata
Pertandalah hati mengangguk
Tuk membuka suara lama
Kala hadir bentang sinar bintang
Membasuh luka pedih
Yang terpendam lama
Kini kembali bangkit
Rasa hangat pada alam

Puisi-Puisi Nenynenok #1

Oleh: Nenynenok

 

Dimensi

Layaknya sebuah kertas kecil
Berharap setetes warna
Dalan angan relung jiwa
Tak helak di ombang-ambing
Dirobek kesana kemari
Kala butir-butir tangis mengalir
Tak surut setetes air
Tak hilang dibentang waktu
Satu kata, dua kata, tiga kata tertulis
Akulah putri shobir
Ocehan menyusup telinga menusuk hati
Kelam. Tajam..
Kebangkitan yang sempurna
Dari segala keterpurukan manusia
Dimensi…
Metamorfosis dalam setiap jiwa..

 

Seleret harapan

Berlaksa gemintang di gugus bening langit
Cukuplah bagi bertasbih atas segala karunia
Maka ampuni bila isakku tercekat
Engkau pasti mendengar gema syukur
Terbata dari belantara nurani
Betapa syahdu peluhku terus menerus mencipta telaga
Dimana kepasrahan dapat berenang mengarungi tuah-Mu
Menuju  tujuan penuh berkah
Adalah hidup berlumur ridha dan ampunan

 

Peneguh Diri

Langkahnya kian menjejak
Terkadang didampingi oleh sesak
Atas jiwa yang sempat merasa terinjak
Namun, asa kembali mendesak
Berbisik nasihat lama
Dari wanita perkasa
Yang penuh akan jasa-jasanya
Kuatlah!
Layaknya karang diterjang ombak
Ikhlaslah!
Layaknya dandelion diterpa angin
Sebab, semua hidup butuh prinsip
Kemudian nasihat itu kurapikan
Kutata dengan sedemikian
Setelah semua tekad telah
Tergenggam..

 

Sunset

Nyanyian perpisahan gemuruh ombak
Teruntuk senja di ufuk barat
Hembusan angin membuatku terbelalak
Akan gemulainya pohon yang kulihat
Suasana pun menjadi tenang dan santai
Karena semilir angin ditepi pantai
Menjadikan angin ditepi pantai
Menjadikan hati ini terasa damai
Wajahnya sang mentari pun mulai meredup
Tanda tunduk hormat akan datangnya malam
Siang perlahan menyirna dan terkatup
Lalu pergi hilang tanpa meninggalkan salam
Namun, sayang.. Semuanya hanya ilusi
Masih terdengar rintihan tangis pertiwi
Dibalik indahnya sunset ini

 

Merpati Kehidupan

Jinak dicari, lari tak berarti
Tambah mentari, tambah berisi
Seperti padi yang berubah jadi nasi
Petuah kehidupan
Berlari begitu saja
Tanpa paksaan, tanpa rekaan
Yang ada hanya keikhlasan
Menuju masa depan
Terbang dengan hati
Dalam sangkar yang suci
Ditemani rajawali
Yang menjaga diri
Agar terdampar di sangkar ilahi
Dengan kaki kokoh berdiri
Tanpa keraguan dalam hati..

R.I.P

Oleh: Nenynenok

 

Dahulu, kita pernah punya mimpi
Pernah punya tekad api
Sembari menikmati secangkir kopi
Kita sering berdiskusi
Bahkan ketika maraknya korupsi
Dimana satu dari sekian banyak pejabat ingkar janji
Pergi kesana-kesini
Cuma untuk umbar materi
Ujung-ujungnya jadi cari simpati
Bilangnya untuk negeri
Nyatanya untuk diri sendiri
Janjinya mengayomi
Realitanya mengebiri
Tikus-tikus makin menjadi
Eh, si kucing malah dibui
Bagaimana ini?
Lihat dan lihatlah sendiri
Rapatnya sampai dini hari
Izinnya merevisi
Padahal kasih roti ke tikus tadi
Bahkan berulang kali
Dan malam ini
Ketika aku sendiri
Membawa koran paling berani
Sambil menyeruput secangkir kopi
Sama seperti ketika kita masih sibuk berdiskusi
Mungkin, kamu masih sibuk berkompromi
Mencari siasat yang paling aji
Dan untuk saat ini
Silahkan makan roti

 

Sumber Gambar: Pixabay