Sumber Gambar: Pixabay
Pengendara lain menarik mata. Tak ber-asma karena belum kunjung berkenalan. Tak berwajah, tertutupi selembar masker hitam. Berkemaja kotak-kotak berwarna ungu. Celana hitam. Melesat cepat tarik penasaran. Aku menyalipnya. Memandanginya lewat spion. Lalu saling mendahului. Terhalang roda empat, memakan tempat. Kudahului, menyalipnya. Hingga situasi berada pada satu garis horizontal yang diukur dengan tatapan mata. ia mengendurkan gas. Aku melaju lebih depan, aku lihat spion, ia tak masuk dalam jangkauan kaca, perempuan tak bernama.
Seperti suasana indah dengan hati yang mengendapkan rasa senang, pagi hari, matahari yang sinarnya bertamu melalui tirai kaca, hanya lensa mata secara alami berusaha mengabadikan. Smartphone yang kuambil untuk memotret dengan angel manapun tetap tak memuaskan hasilnya. Akhirnya, aku hanya menghirup udaranya dalam-dalam, menikmati suasana tanpa gawai. Dengan horden yang menari lewat irama angin, serta gitar akustik yang dipetik secara perlahan.
Seperti seseorang berada di ruang publik, pandangan tertahan pada sebuah buku kembang sastra dan lentik mata seorang gadis. Buku yang tertahan pada daftar isi, ditandai jari telunjuk, mata mengikuti bibir gadis yang terkembang memberi definisi keindahan yang tak ada dasarnya pada kamus-kamus. Sang gadis menyadari ada sebuah tatapan, diberinya pandangan selama satu paragraf cerpen lalu kembali seakan tak menyadari apa-apa. Tak ada percakapan atau perkenalan. Tidak ada titik ekuilibrium, tidak ada titik persinggungan takdir dua lingkaran. Tak ada pancingan-pancingan. Tak ada ketiadaan.
Gadis pengendara lain berjalan tak searah berpisah di lampu merah. Suasana indah menyenangkan yang berusaha kita tahan-tahan agar tak lekas hilang tak bisa diabadikan oleh apapun. Serta seorang gadis yang saling bertatap di perpustakaan hanya meninggalkan kenangan pada titik pijak rak buku yang bisa diulangi, tanpa bisa melihat senyumnya yang terkembang sekali lagi. Kebahagiaan datang sekonyol itu, namun Tuhan mengatur algoritma kehidupan se-Maha Kuasa ini. Mudah sekali Engkau ciptakan kenangan tanpa genangan. Tak ada playlist lagu melankolis sore ini. Kelapa di ujung jalan sudah menjadi siluet.
Akankah kita tiba pada suatu masa, lama waktu pernah kita jalani, lalu kita bertemu dan tak kita sebut asma-asma masing-masing.
Dengan judul apa tulisan ini hendak kuberi judul?
Apa.
Tinggalkan Balasan