aldiantara.kata

 

Apa sejatinya dengan makna angin yang tiba-tiba datang menerpa pada musim panas. Ia datang tak lama. Namun menggugurkan daun. Mengantar serbuk sari pembuahan bunga. Serta menerbangkan ingatan yang membuat jiwa terhenyak. Ia datang tak lama. Tak bisa diprediksi kapan ia kembali berhembus. Setiba-tibanya ia menjadi oase musim panas. Ia mungkin membawa takdir, pada jembatan ingatan. Tentang masa lalu. Tentang pesan yang urung dibalas. Panggilan suara yang tak terjawab. Serta rencana-rencana yang menjadi kembang tidur.

Angin-angin yang pernah datang itu, mungkinkah ia berdandan, menjadi rupa yang paling baik dalam ingatan. Sementara aku belum siap, mengenangnya lagi.

Cukup saja sebagai angin, Juni ini ada puisi-puisi Sapardi yang sederhana. Jangan sampai menjelma menjadi bait pada puisi “Aku Ingin” atau “Yang Fana adalah Waktu”. Apakah keabadian ingatan ini adalah kutukan?