Oleh: Um Sab’ah

 

Akhlak terpuji diambil dari hasil mengikuti dan mencontoh orang-orang yang memiliki akhlak mulia, begitulah dari generasi ke generasi berikutnya, saling mewariskan akhlak yang luhur, dengan senantiasa memperhatikan akhlak-akhlak generasi pertama, dan masing-masing individu saling mewarisi akhlak yang mulia, dengan cara mengikuti dan mencontoh generasi yang terbaik akhlaknya.

Oleh karena itu, Allah swt. tidak menurunkan kitab-Nya, melainkan Dia mengutus bersamanya orang yang mengamalkan, menegakkannya dari para rasul, merealisasikan perintah-perintahnya, dan berakhlak dengan akhlaknya, agar diikuti oleh manusia, dan mereka mencontohnya. Nabi Muhammad saw. akhlaknya adalah al-Qur’an, Tuhan telah memuji beliau dengan kesempurnaan akhlaknya, Allah berfirman dalam al-Qur’an surah al-Qalam ayat 4, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.

Allah swt. telah mensyari’atkan kepada kita untuk mengikuti Nabi Muhammad saw. dan mencontoh seluruh keadaannya, sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 21, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Akhlak mulia tidak bisa dituntut dari manusia dengan kuantitas yang besar dan keseluruhan dari sejak hari seseorang masuk ke dalam hidayah tapi harus bertahap, dengan mendahulukan yang paling penting dan paling wajib, kaitannya dengan perintah perintah, dan menjauhkan perbuatan yang paling kecil dan paling berbahaya kaitannya dengan larangan-larangan.