Oleh: Um Sab’ah

 

Akhlak seseorang tidak akan berubah ketika dia menjadi seorang pemimpin atau yang dipimpin, orang yang dihormati atau orang yang dizalimi. Maka hendaknya seseorang tetap stabil pada akhlaknya sebagaimana yang telah Tuhan perintahkan. Adapun seseorang yang tak berakhlak niscaya akan berubah-rubah berputar sesuai kebutuhan dan hawa nafsu.

Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi, maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.” Al-Qur’an (22): 11.

Akhlak mencakup keseluruhan, sempurna, yang menutup seluruh sisi kehidupan manusia, mencakup seluruh kondisinya dan seluruh hubungannya.

Bersama Tuhannya, bersama manusia di rumahnya, dan di tempat kerjanya, pada saat jual beli, pada saat makan, dan minum, pada saat terjaga, dan tidur, pada saat sehat, dan sakit, pada lahir, dan batinnya, pada hati, dan anggota badannya. Dan setiap akhlak adalah tertuntut, adil, berbuat ihsan, kasih sayang, tegas, dan sebagiannya tidak menyalahkan sebagian lain, dan masing-masing akhlak ada kondisi dan tempatnya.

Apabila yang dominan pada manusia adalah sifat kuat, berani, perkasa, maka manusia akan memohon pertolongan kepada Allah dari permusuhan, paksaan, dan kesombongan. Apabila yang dominan pada nya adalah sifat pemaaf, tidak mempermasalahkan, serta tenang, barangkali manusia melihatnya rendah dan hina kepada-nya. Apabila yang dominan pada nya sifat berani terus terang dan nasihat, barangkali mereka akan mengadu karena buruk adab dan sedikit penghormatannya.

Maka akhlak dengan kesempurnaannya begitu seimbang, yang menyeru kepada sifat perkasa sebagaimana juga mengajak kepada mengalahkan dan memaafkan. Wallahu A’lam bishawab.