Oleh: Azki Khikmatiar

 

Sementara setiap detik
adalah menyalahkan hidup
di hadapan kebenaran yang cekik
Menghancurkan mimpimimpi yang
telah dibangun selama ratusan hari
Memporakporandakan kesadaran
yang bungkam dalam cengkram
Katanya; hidup ini sangat kejam!

Sementara setiap hari
adalah berjalan tanpa keyakinan
di antara langkah kaki yang gontai
Melewati jalanjalan panjang yang
dipenuhi oleh likaliku luka menganga
Menyebrangi jembatan keraguan
yang terhenti tanpa kepastian
Katanya; hidup ini penuh kesiasiaan!

Sementara setiap bulan
adalah mengutuk seluruh nasib
di antara orangorang yang bernasab
Membandingkan kehidupan dengan
atau tanpa sebuah kepemilikan
Mempertanyakan keadilan Tuhan;
Mengapa semua ini harus terjadi?
Mengapa nasib tak berpihak pada orangorang yang tak bernasab?
Katanya; hidup ini sungguh tak adil!

Sementara setiap tahun
adalah memelihara sesal
diantarakata yang tertulis pada lembaranlembaran tak bermata
Duka menjalar menuju rahim puisi
hingga abadi dalam ingatan pucat pasi
Membunuh kebahagiaan yang sebenarnya
terlahir dari anak ketidaksiapan
Katanya; penyesalan selalu berdatangan!

Sementara setiap kapanpun
adalah tak pernah sampai pada akhirnya
Seperti mengisi jawaban yang rumpang
Tumpang tindih tanpa ketidakpastian
Menuju pangkal yang seakan kekal
Ah! Dasar bedebah!
Apakah setiap akhir pasti selesai?
Apakah setiap awal pasti memulai?
Katanya; ini adalah akhir yang belum selesai!

 

Babarsari, 26 Juni 2021