Apa engkau bisa membayangkan, betapa ajaibnya ide itu. Seorang melahirkan ide. Bersusah payah. Lalu ide itu, berupa tulisan, yang terangkai menjadi kata-kata, diamini dan menjadi keyakinan jasad hidup. Ide itu diyakini dan diperdebatkan sekaligus. Sang empu manis tersenyum di bawah pusara. Terkubur material itu. Bertahun-tahun, berabad-abad. Sementara anak yang lahir menjadi buah pemikirannya, terus bergizi, kian mewujud menjadi amal yang baik bagi kemanusiaan.
Apa engkau bisa membayangkan, betapa berbahayanya ide itu. Ia menyadarkan khalayak yang sepertinya mati, padahal mereka hidup. Ide itu mengganggu kemapanan dan kepentingan yang dirasa akan abadi bagi mereka. Ia harus dibungkam, diringkus, musnahkan jika perlu. Padahal sia-sia. Mereka hanya dapat meringkus aspek materialnya saja. Sementara ide itu abadi, melekat kian erat, melebur melahirkan jiwa. Ia menyatu dengan darah dan air mata sekaligus.
Apa engkau bisa membayangkan, betapa sulitnya melahirkan ide itu. Ia kerap hinggap, namun tak kita anggap. Tak segera kita catat. Ide itu seringkali mengalami keguguran nasib dari kesementaraan hinggap. Dalam kemiskinan perenungan, dan kata-kata. Kita mungkin menyadari, manusia-manusia yang sepertinya hidup, namun pikirannya terkubur mati, sekian hari, sekian tahun. Sementara manusia-manusia yang kita anggap mati, kerap kita perbincangkan idenya, sejak zaman dahulu kala. Ia abadi!
Tinggalkan Balasan