aldiantara.kata

“Lihatlah”, padahal aku berbicara kepadamu tanpa suara,
Sudah fajar. Waktu sabur limbur. Sesaat kereta akan tiba pada stasiun pemberhentian akhir.

“Lihatlah”, padahal engkau masih mendengkur pada himpitan lenganku.
Orang-orang sudah sibuk berkemas mengambil barang-barangnya di atas kepala mereka.
Tenanglah sedikit lagi, jangan dulu beranjak. Ada sisa waktu teruskan bunga tidur yang buatmu nyaman.

Sinar mentari pagi kian terang, sawah-sawah terbentang, yang bahkan tak bisa hidupi dirinya sendiri, begitu pun si empu.

“Dengarlah”. Masinis umumkan aba-aba agar kita lekas bersiap.
Bukankah kita yang selalu terjaga, dari dingin malam, serta cemas yang serta-merta datang tanpa aba.