Setelah kau melihat pemandangan jendela, hujan deras yang turun sore itu, di perpustakaan, yang bahkan tariannya yang memeluk tanah tak sampai kepada telinga kita.
Buku-buku selesai dibaca, tangan kesekian yang menjadi takdir menengahi pertemuan, yang kau baca satu per satu judulnya, lalu engkau sisihkan tanpa melihat tanggal dan tahun lahirnya.
Jauh di dalam labirin yang bernama ingatan, tersusun dengan rapi memori-memori ini. Tentang pakaian yang engkau kenakan, buku yang engkau baca, letak rak buku yang sempat kau sentuh, tatapan sekelibat yang kutangkap, daftar pengunjung yang kau isi dengan pena berwarna merah, pendingin ruang yang tak membuat dingin, detak jam yang berbunyi saban jarum panjang tepat di angka dua belas, suara-suara obrolan pengunjung yang tak kita usik, tumbler minuman yang selalu terisi penuh, jemarimu yang lentik, pertanyaan petugas “Apakah sudah selesai dibaca?”, derit kursi yang kau ubah posisinya, penghapus yang sempat jatuh dua kali (aku yang mengambil), tisu yang terlipat dan engkau masukkan ke dalam saku, bunyi tit pinjaman buku online, bunyi “pinjaman ini gagal, silakan menuju petugas”, ketekunan saat kau menulis ikhtisar dari buku yang engkau pinjam, seorang yang meminjam kursi kosong di sebelah kita, bebunyi di mana engkau meluruskan persendian, serta rinduku, yang sempat kau pinjam, sekarang, kembalikan!