Bulan: Desember 2023

Jauh dalam Labirin yang Bernama Ingatan

Setelah kau melihat pemandangan jendela, hujan deras yang turun sore itu, di perpustakaan, yang bahkan tariannya yang memeluk tanah tak sampai kepada telinga kita.

Buku-buku selesai dibaca, tangan kesekian yang menjadi takdir menengahi pertemuan, yang kau baca satu per satu judulnya, lalu engkau sisihkan tanpa melihat tanggal dan tahun lahirnya.

Jauh di dalam labirin yang bernama ingatan, tersusun dengan rapi memori-memori ini. Tentang pakaian yang engkau kenakan, buku yang engkau baca, letak rak buku yang sempat kau sentuh, tatapan sekelibat yang kutangkap, daftar pengunjung yang kau isi dengan pena berwarna merah, pendingin ruang yang tak membuat dingin, detak jam yang berbunyi saban jarum panjang tepat di angka dua belas, suara-suara obrolan pengunjung yang tak kita usik, tumbler minuman yang selalu terisi penuh, jemarimu yang lentik, pertanyaan petugas “Apakah sudah selesai dibaca?”, derit kursi yang kau ubah posisinya, penghapus yang sempat jatuh dua kali (aku yang mengambil), tisu yang terlipat dan engkau masukkan ke dalam saku, bunyi tit pinjaman buku online, bunyi “pinjaman ini gagal, silakan menuju petugas”, ketekunan saat kau menulis ikhtisar dari buku yang engkau pinjam, seorang yang meminjam kursi kosong di sebelah kita, bebunyi di mana engkau meluruskan persendian, serta rinduku, yang sempat kau pinjam, sekarang, kembalikan!

Kursi Kosong

Adalah kursi kosong, menjadi tatapan khalayak. Adakah setelah sebelum terisi, para pendukung menjadi kian fanatik dan anti-kritik,

Atau mengharapkan keindahan musim gugur, dengan berjalan mundur dan membatalkan semua praduga yang telah lama ia peluk.

Meninggalkan keyakinan lamanya, untuk bersikap arif dan mencatat pada sebuah buku yang ia punya, kelusuhan begitu sering dibuka, serta pena dengan tinta yang tersisa sedikit, menuliskan penerimaan-penerimaan terhadap orang lain, serta membuka simpati atas nama kemanusiaan.

Kini,

Tersisa, perdebatan melawan suara dalam pikiran sendiri, suara hati yang tak terdengar kedalamannya di dalam palung.

Semua menjadi tegang, tiada pembacaan puisi-puisi yang memancing rahmat.

Bait Alam

Serupa, seperti malam ini yang mengeluk-elukan deras air. Adakah ia terbasahi, sementara engkaulah yang menjadi penawar dahagaku. Menengadah pandang kepada langit-langit, yang tak kunjung rintiknya tiba. Aku mencarimu, pada setiap bait alam dan malam.

 

Terpisah Jarak Di Bawah Hujan

Betapa malang, burung-burung kenari, terpisah jarak di bawah hujan, mencuitkan asumsi-asumsinya sendiri, kegamangan-kegamangannya sendiri, kehampaan-kehampaannya sendiri, kesepian-kesepiannya sendiri, kerinduan-kerinduannya sendiri. Tanpa berani mengadu di depan paruhnya, lantaran enggan bertaruh.

Ia bertengger di atas dahan secara bebas, namun terkungkung oleh pikirannya sendiri, tanpa nyali, tanpa berani.