Bulan: Februari 2023

Kuasa Tawa dan Tangis

aldiantara.kata

Pengembaraan, perjalanan yang tak biasa. Engkau sendirian, menapaki jalan-jalan yang asing. Dalam sekelibat, pernahkah engkau berpikir mengenai suatu hal yang kiranya tak akan kau dapatkan gagasan tersebut jika hanya berpangku tangan?

Pada titik itu, apakah takdir bagi suatu ide atau gagasan perlu kita jemput? Serta tidak meremehkan pada perjalanan apapun? Sekalipun akan berulang-ulang, siapa tahu, pada kesekian kalinya lah hidup akan bermakna, pada jarak di mana tak seorang pun tahu. Ia semacam emanasi, yang perlu kau tangkap dengan cepat. Betapa berharganya. Dan entah bagaimana ucapan terima kasih itu dialamatkan.

Sementara itu, kekuasaan adalah takdir yang membawa tawa dan tangis. Tawa-tawa yang berasal dari seorang pemimpin yang adil dan rendah hati. Ia melayani rakyatnya dengan sepenuh jiwa raga, gairah, keringat dan darahnya. Sementara kekuasaan yang membawa kepada tangis. Kebijakan sekecil apapun bukankah tanpa pemangku kuasa sadar, tidak sedikit sumpah serapah dialamatkan, serta derita yang menjadikannya dendam yang dibawa tidak sehari dua hari. Ia bisa menahun bahkan seumur hidup. Melalui kuasa yang zalim itulah muncul benih pahlawan dan penjahat sekaligus.

Gugur Daun

aldiantara.kata

Pada langit sore yang kelabu, sejatinya sudah nampak tanda. Apakah seseorang hendak berdiam sesaat, sebelum sesal menyadarkan firasat terhadap yang sudah lampau, nan terlanjur kejadian?

Dingin, di tengah perapian, duduk kelilingi unggun. Dengarkan suara alam.

Dedaun, yang kutitip gurat sajak, mengalir menuju muara. Dalam duka, segala ucap akan terdengar mewujud sebagai parau tangis. Melodi-melodi yang menjerit, pekat. Melalui suara yang paling bisu, teramat sunyi.

Adakah tangis langit itu kini, pernah tak disaksikannya oleh manusia. Rintiknya menjadi pesan paling rahasia antara air dan embun. Batang-batang pohon serta rantingnya yang kuyup. Ia jadi pendengar di samping angin yang menggoyangkannya syahdu.

Hidup bukan saja perihal hadapi musuh, ia bisa jadi merupa takdir pahit, yang mesti diterima. Tanpa bisa kita melawan.

Sajak yang tergurat dalam daun itu, yang kini masih diasuh alir sungai, yang berisi bait suka dan duka sekaligus, aku mengiringinya dengan menyalakan lampu lampion kecil yang mungkin sesaat akan padam. Setidaknya, hingga ia luput dalam pandang mata. Pergilah bayang kecilku. Engkau pernah kudekap pada satu penuh malam purnama. Pada hangat rahim malam. Serta kecupku yang tak pernah jemu. Serupa bayang. Apakah engkau sudah bisa mengepal tangan dan berdoa, cukup kuat? Hingga kini berani-beraninya engkau melambai tangan ucap selamat tinggal?

Produk Terbaru!

aldiantara.kata

Produk terbaru! Gawai dengan harga standar. Menjangkau semua kalangan. Jangan keliru, spesifikasi mengikuti zaman. Kamera dengan kualitas canggih. Memori dan RAM memadai anti-lemot. Semakin canggih, banyak membantu pekerjaan-pekerjaan manusia.

Berminat ‘tuk membeli?

Ada hal utama yang perlu direnungi dari produk terbaru ini. Baterai tak tahan lama! Ia tak bisa digunakan bersamaan saat charging. Di samping itu, berikut…

Produk anyar ini tak lama lagi akan out of date. Produk baru akan kembali hadir. Masih dengan kamera dengan kualitas canggih. Memori dan RAM yang mendukung percepatan serta kebutuhan. Memudahkan pekerjaan-pekerjaan manusia. Namun, produk ini tidak secanggih produk sebelumnya.

Berminat ‘tuk pre-order?

Spesifikasi yang kian menurun setiap tahunnya. Tidak secanggih dan ‘terlampau’ cepat sebagai bahan promosi. Baterai kian tak tahan lama. Semakin canggih produk ini bahkan membutuhkan charging baterai gawai yang memakan waktu hampir sepekan. Semakin canggih semakin lamban dan menyusahkan. Menarik ‘kan produk ini?

Sembari menunggu gawai terbaru ini pada proses charging, seorang bahkan dapat menyepi dan berkontemplasi pada tempat-tempat yang sunyi. Atau mencari kegiatan refreshing pada nuansa alam.

Kelak…

“Gawaiku tercanggih, keluaran terbaru! Kini sedang proses charging, untuk sampai baterai penuh masih membutuhkan waktu 70 hari lagi. Aku bisa meneruskan pekerjaanku dengan damai sementara waktu.”

Gawai, kian canggih, kian semakin terbatas. Ia menenggelamkan waktu, namun juga membatasi kita agar tak menukar kemanusiaan kita kepada ‘kemajuan’.