aldiantara-kata
Tidakkah kata-kata itu kini menjadi dingin. Tidakkah kata-kata itu kini hendak kau dengar sekali lagi. Padahal sudah jam untuk berpulang, namun masih tetap saja harus menggendong desah gelisah. Setiap kali engkau membukakan pintu, setiap kali langit malam yang mendekap para pekerja untuk lekas merebah. Orang-orang menitip puisi pada ingatan mereka. Kesulitan yang pada akhirnya kita tertawakan. Meski tak seorang pun akan membaca biografi dirinya sendiri. Bagaimana jika hidup ini bukan soal pembuktian. Apakah kata-kata bagi penyair adalah sebuah tuntutan. Atau ia akan hadir sebagai tamu, yang diundang oleh kesedihannya.
Kita selalu memperhatikan jam, lalu merasa sesal dan diburu gesa. Tidak ada yang tertinggal. Berhenti menuntut dan syukuri masih ada waktu. Sudah memesan segelas teh di angkringan selatan lampu merah? Kita harus duduk berbeda bangku agar aku tak terkesan sedang menghibur. Lekas api dalam dada mulai perlahan mengecil oleh sapuan angin malam.
Tidak apa-apa bila minumanmu sudah hampir habis. Tidak apa-apa untuk memesan lagi. Toh suasana nampak temaram. Tidak enak untuk engkau urat-oret diksi menambal sulam kata-kata di sini. Bila setiap kegelisahan engkau tangkap dan jadikan draft, kita hanya akan lelah mengeksekusinya satu per satu. Lalu merasa gagal sebab ada satu yang belum berbuah puisi. Penyair bukan sebuah profesi. Iya, kan? Ya, kan? Atau dapatkah kita mengatakan bahwa ia merupakan suatu ‘panggilan’?
Engkau pernah berharap bahwa tempat sakral semacam angkringan tidak boleh disusupi teknologi bernama Wi-Fi. Agar tak seorang pun silau sendiri dengan cerahnya layar ‘dajjal’. Sesekali suara TikTok bocor sebab lupa kecilkan volume.
Hmm. Barangkali engkau lupa. Sedari tadi kau malah aktifkan hotspot pribadi. Berapa banyak device yang tertambat? Sepertinya banyak yang hinggap. Adakah akses gunakan password? Adakah engkau membatasi? Bolehkah aku ikut. Ternyata sedari lama kita saling tertambat oleh sinyal-sinyal kita. Tapi tak ada data di dalamnya. Kita terhubung namun kosong.
-Berapa semua, Pak? (*tanyaku pada penjual angkringan)
+Perihal rasa, kau akan terus merasa berhutang, Mas.
Tidakkah kata-kata itu kini menjadi api. Setidaknya menghangatkan malam ini.
Menyukai ini:
Suka Memuat...